Rachland Nashidik: Moeldoko Kira Ambil Paksa Demokrat Gampang, Dia Salah

Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik membandingkan Kepala Staf Presiden Moeldoko dengan senior-seniornya di TNI.

Antonio Juao Silvester Bano
Jum'at, 05 Februari 2021 | 20:41 WIB
Rachland Nashidik: Moeldoko Kira Ambil Paksa Demokrat Gampang, Dia Salah
Rachland Nashidik.[Twitter/@RachlanNashidik]

SuaraBekaci.id - Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik membandingkan Kepala Staf Presiden Moeldoko dengan senior-seniornya di TNI.

Rachland Nashidik membandingkan hal itu sekaligus menyinggung soal isu kudeta Partai Demkrat yang terjadi beberapa waktu terakhir.

Rachlan Nashidik menyampaikan hal tersebut melalui akut twitternya @RachlanNashidik.

"Ada beda besar antara Moeldoko dengan senior-seniornya di TNI: Jend. Edi Sudrajat, Jend. Wiranto, Jend. SBY dan Jend. Prabowo. Para seniornya pilih jalan terhormat dalam berpolitik: membuat Partai dan berkeringat di dalamnya," cuit akun @RachlanNashidik seperti dikutip Suara.com, Jumat (5/2/2021).

Baca Juga:Dewi Tanjung: AHY Suruh Jadi RT Dulu Deh, Baru Jadi Ketum Partai..

Selanjutnya, dia menyatakan bahwa Moeldoko menilai mengambil alih paksa Partai Partai Demokrat sebagai hal yang mudah.

Cuitan Rachland Nashidik.[Twitter/@RachlanNashidik]
Cuitan Rachland Nashidik.[Twitter/@RachlanNashidik]

"Moeldoko kira ambil paksa Demokrat gampang. Dia salah," katanya pada cuitan yang sama.

Sebelumnya, Moeldoko membantah kabar bahwa dirinya ingin melakukan kudeta.

"Moeldoko mau kudeta? Lah kudeta apa. Anggaplah saya punya senjata, Panglima TNI pingin jadi Ketua Demokrat. Emang bisa gua todong senjata para DPC, DPD, 'eh datang sini, gua todong senjata'," katanya.

Dia menjelaskan bahwa setiap partai tentu memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

Baca Juga:Sebut AHY Anak Ingusan, Dewi PDIP: Mending Belajar Jadi Ketua RT Dulu

"Semua kan ada aturan AD/ART dalam sebuah partai politik, jangan lucu-lucuan begitu ah. Jadi kalau kita bicara human capital, itu bukan intelektual Kapital yang pertama, emosional kapital," ungkap dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini