SuaraBekaci.id - Umumnya orang butuh minimal sepuluh hari untuk bisa dinyatakan sembuh dari virus corona atau Covid-1. Tapi berbeda dengan musisi Maia Estianty.
Pertengahan Desember lalu, Maia sempat dinyatakan terinfeksi Covid-19. Kala itu, Maia tidak mengalami gejala apa pun dan menjalani isolasi mandiri di rumahnya.
Namun yang membuat ramai publik, dalam satu hari, ibu tiga anak itu sudah dinyatakan negatif Covid-19.
"Aku sampai 'wow cepat sekali'. Apakah imunku emang imun superman hingga bikin virusnya cuma mampir doang dan nggak menginfeksi diriku sehingga langsung mati virusnya," kata Maia dalam video yang diunggahnya di YouTube.
Baca Juga:Maia Estianty Sembuh dari Covid-19 dalam Sehari, Ini Obat yang Diminumnya
Apakah infeksi Covid-19 memang bisa dinyatakan negatif secepat itu?
Dokter spesialis penyakit dalam prof. dr. Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa secara teori ilmu kedokteran infeksi Covid-19 tidak mungkin bisa secepat itu.
Menurutnya, kemungkinan yang terjadi justru tes PCR Covid-19 yang dijalani Maia terjadi false positif atau juga false negatif.
"Saya gak bisa ngomong ya, karena gak tahu data-datanya juga. Karena kalau secara teori prinsipnya, kalau antivirusnya efektif dia langsung negatif kan bisa saja. Tapi metode pemeriksaan (PCR) sama apa tidak. Kemudian yang pertama ternyata itu false negatif jadi false positif, itu masih kita gak bisa ngomongin apa yang bisa terjadi," tutur Prof Ari saat sihubungi suara.com, Jumat (8/1/2021).
"Tapi kalau secara teori tidak ada yang secepat itu," imbuhnya.
Baca Juga:Maia Estianty Tertular Covid-19 saat Lakukan Hal Ini
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menjelaskan bahwa pengecekan antibodi terhadap pasien Covid-19 dilakukan per minggu. Hal itu lantaran cara kerja obat yang diminum tidak bisa langsung berdampak pada tubuh.
"Obat itu juga rata-rata kerjanya lima hari. Rata-rata dosis obatnya diberikan untuk lima hari. Cuma yang jadi pertanyaan kok, hari ketiga kenapa diperiksa lagi. Apa masih meragukan pemeriksaan pertama," tuturnya.
Sementara itu, terkait imunitas, Ari menyampaikan jika seseorang memiliki daya tahan tubuh yang baik maka besar kemungkinan saat tes PCR virus tidak terdetekai dan hasilnya negatif.
"Jadi artinya banyak faktor. Bisa saja ambil sampelnya gak pas, yang gak keambil virusnya, bisa juga. Atau memang virusnya belum banyak, jadi yang keambil juga belum banyak. Jadi itu masih bisa apa pun faktornya," ucapnya.
"Prinsipnya kalau imunnya baik dia gak kena infeksi. Mungkin dia terpapar virus tapi daya tahan tubuhnya bagus, dia tidak positif," kata Ari lagi.