Dia menilai siswa SD dan SMP rawan terkena Covid-19 karena tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
Dirinya khawatir simulasi pembelajaran tatap muka terbatas justru bakal menimbulkan klaster Covid-19 yang baru.
“Dan kalau dipaksakan begitu kan kita tidak bisa jamin anak SD SMP ini setelah pulang dari sekolah buka-buka masker. Pernah terjadi dilihat di Tegal begitu. Jadi ya kalau saya sih belum setuju untuk SD dan SMP,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi mengatakan, Pemkot Bekasi akan mengevaluasi proses pengendalian Covid-19 di Kota Bekasi sebelum pelaksanaan simulasi sekolah tatap muka yang rencananya akan dilaksanakan pada 18 Januari 2020 mendatang.
Baca Juga:Kota Bekasi Masuk Zona Merah
“Kita evaluasi proses pengendalian Covid-19 dan hasilnya akan kita sampaikan ke DPRD,” kata Rahmat saat dihubungi Suara.com, Minggu (27/12/2020) lalu.
Salah satu alasan DPRD Kota Bekasi meminta penundaan pembelajaran tatap muka yakni karena kasus Covid-19 di Kota Bekasi relatif meningkat selama beberapa waktu kebelakang.
Selain itu, karena Kota Bekasi belum masuk dalam status zona kuning atau zona hijau penyebaran Covid-19.
Menanggapi hal itu, Rahmat mengatakan, status zona penyebaran Covid-19 tidak berpengaruh pada pelaksanaan sekolah tatap muka.
“Nggak berpengaruh (zona), kita risiko sedang,” kata Rahmat.
Baca Juga:Sekolah Tatap Muka di Sumut Ditunda, Gubsu Edy: Maret Dibicarakan Lagi