Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Senin, 04 September 2023 | 21:30 WIB
Ilustrasi Kekeringan, musim kemarau, El Nino 2023 (Freepik)

SuaraBekaci.id - Kemarau panjang membuat Kabupaten Bekasi berstatus tanggap darurat bencana kekeringan pada Kamis, 31 Agustus 2023.

Pejabat (Pj) Bupati Bekasi, Dani Ramdhan menerangkan pihaknya mencatat per 3 September 2023, kondisi kekeringan ini telah membuat 66.647 jiwa atau 16.999 kepala keluarga terdampak.

“Sebaran desa yang terdampak kekeringan di Kabupaten Bekasi sebanyak 32 desa yang tersebar di 10 kecamatan,” kata Dani dalam keterangannya, Senin (4/9).

Selain itu, Dani juga mengungkap bahwa 16.353 hektar lahan tani di Kabupaten Bekasi juga terdampak kekeringan.

Baca Juga: Ratusan Hektar Sawah di Lebak Banten Kekeringan Karena Dampak El Nino

“Lahan terancam seluas 3.618,5 hektar,” ujarnya.

Sebagai upaya dalam menanggulangi dampak bencana kekeingan, Dani menyebut pihaknya telah mendistribusikan air bersih kepada warga terdampak.

“Jumlah air bersih yang sudah didistribusikan untuk warga terdampak kekeringan di Kabupaten Bekasi sebanyak 1.063.600 liter,” ujarnya.

Sementara untuk lahan tani yang saat ini terdampak kekeringan, Dani menyebut pihaknya telah mendistribusikan puluhsn pompa kepada petani.

“Puluhan pompa sudah kita operasikan. Kalau misalnya salurannya terhambat kita lakukan pembersihan saluran termasuk normalisasi,” tutupnya.

Baca Juga: Atasi Dampak El Nino, Daerah Diminta Sesuaikan Komoditas Pertanian yang Toleran Kekeringan

Ia pun mengimbau masyarakat yang terdampak kekeringan untuk segera berkoordibasi dengan BPBD Kabupaten Bekasi.

Sementara itu, dampak musim kemarau di wilayah Kota Bekasi dirasakan oleh petani di Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. Akibat kemarau, saluran air untuk sawah mereka mengering.

Putar otak pun harus dilakukan para petani yang tergabun gdi Kelompok Tani Benda Jaya, salah satunya dengan mengeluarkan biasa ekstra untuk mengairi sawah garapan mereka.

Ketua Kelompok Tani Benda Jaya, Niman (56) menjelaskan bahwa ia harus mengeluarkan biaya mencapai Rp 400 ribu untuk sawahnya bisa mendapatkan air.

Niman dan bersama rekannya yang mengelola 2,5 hektare sawah di musim kemarau seperti ini setidaknya membutuhkan empat pompa air.

"Kalau satu mesin sepuluh liter sehari semalam, kalau bukan dari pantekan (pompa air) agak ringan. 1 mesin itu kan Rp100 ribu, untuk seminggu sekali (penggunaan),” ucap Niman.

Hal itu terpaksa dilakukan Niman karena tinggi air di saluran air sudah mulai kotor dan tidak mengalir. Air di saluran air sekitar persawahan garapan Niman dan kelompok Tani Benda Jaya sudah menyusut 50 centimeter.

Kontributor: Mae Harsa

Load More