Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Selasa, 18 Oktober 2022 | 11:50 WIB
Ilustrasi prostitusi online. (Shutterstock)

SuaraBekaci.id - Geliat bisnis prostitusi masih menjamur di setiap daerah. Bisnis prostitusi tentu saja dilalukan secara tersembunyi seperti yang terjadi di Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur.

Jurnalis Suara.com regional Lampung menelusuri bagaimana geliat bisnis protitusi dilakukan di wilayah tersebut. Fakta yang terungkap, salah satu bisnis prostitusi ternyata dijalankan seorang wanita yang pernah tinggal di Bekasi, ER.

Menurut ER, dirinya sudah dua tahun membuka bisnis prortitusi di Desa Srigading, Lampung. Meski sadar bahwa usahanya itu memiliki resiko besar, ER mengaku bahwa faktor ekonomi membuatnya abaikan resiko tersebut.

Malah sejumlah warga Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur keluhkan adanya usaha prostitusi ER ini.

Baca Juga: Menelisik Bisnis Esek-esek Terselubung di Perdesaan Lampung Timur

"Sekitar akhir 2020 kami kumpulkan tanda tangan warga. Waktu itu terkumpul 700 tanda tangan penolakan kegiatan lokalisasi terselebung itu. Pernyataan itu kami berikan ke pamong desa hingga kami bawa ke Polda," kata Asim dan seorang tokoh agama inisial B, saat ditemui di rumahnya, Minggu (17/10/2022) seperti dikutip SuaraLampung.id

ER yang berstatus janda tiga anak ini mengaku sempat tinggal di wilayah Bekasi dengan orang tuanya. Namun, lilitan utang membuat kondisi ekonomi orang tuanya berantakan.

Sebagai seorang anak, ER lalu berusaha untuk memperbaiki ekonomi keluarganya, caranya dengan putuskan merantau di wilayah Tanjung Priok, saat itu usianya masih 19 tahun.

Di sana, ER lalu berprofesi sebagai pemandu lagu yang akhirnya membuat dirinya masuk ke dunia prostitusi.

Bekerja di dunia prostitusi, perlahan ekonomi keluarganya mulai membaik. Ia pulang beberapa kali ke Bekasi untuk jenguk orang tuanya.

Baca Juga: Razia Prostitusi, Dinsos Makassar Amankan 33 Orang: Rata-Rata Remaja dan Mahasiswa

Tak lupa ER juga memberikan uang sedikitnya Rp 3 juta kepada orang tua. Melihat sang anak punya uang seperti ini, orang tua ER sempat bertanya soal pekerjaan, namun ia tak mau mengaku sumber uangnya tersebut.

ER pada usia 22 tahun, ia menikah dengan pria asal Tanjung Priok hingga dianugrahi seorang anak. Namun kemudian suaminya itu meninggal dunia.

Setelah kematian suami pertamanya, ER kembali pulang ke Bekasi. Tinggal di Bekasi, ER kemudian bekerja sebagai pemandu lagu.

Er lalu menikah untuk kedua kalinya. Setelah dikaruniai dua anak dari pernikahan kedua, suami Er meninggal.

ER lalu mulai merantau kembali dengan pergi ke Lampung Timur. Ia mencoba membuka bisnis baru, yakni usaha pasir. Namun usaha itu tak berkembang baik, ER malah merugi hingga Rp 800 juta.

Kondisi ini yang pada akhirnya mendorong ER untuk membuka usaha prostitusi terselubung di desa.

Load More