SuaraBekaci.id - Sebuah tulisan memuat larangan berjualan daging sapi terpampang di area Pasar Tambun Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, untuk mengingatkan seluruh penjual daging sapi di lokasi itu agar tidak berjualan selama masa mogok berdagang.
"Iya memang kami yang pasang tulisannya, baru kami pasang sore ini, kemarin belum ada," kata seorang penjual daging sapi setempat Mamat (45) mengutip dari Antara, Rabu (2/3).
Pihaknya mengaku sengaja memajang pengumuman bertuliskan pedagang daging dilarang berjualan sesuai dengan aturan yang berlaku itu di kios-kios penjual daging sapi lantaran pada Senin (28/2) masih ada segelintir pedagang yang masih berjualan.
"Kemarin ada yang bandel dagang, ditegur sama kami. Sekarang dikasih garis batas tali plastik, sama tulisan biar tidak dagang, jadi kompak," katanya.
Baca Juga: Harga Daging Sapi di Pasar Sentral Timika Papua Rp135 Ribu Per Kilogram
Setelah terpasang, kata dia, diharapkan seluruh penjual daging sapi di Pasar Tambun menaati aturan bersama untuk menjaga solidaritas atas fenomena kenaikan harga daging sapi.
"Kami mogok dari Senin sampai Jumat, baru boleh jualan Sabtu nanti. Tujuannya biar warga tahu kalau harga daging lagi mahal. Kalau menawar tidak rendah, apalagi keterlaluan menawar," ucapnya.
Mamat berharap pemerintah dapat segera menstabilkan harga daging di pasaran hingga berkisar di angka Rp98 ribu per kilogram di tingkat pemasok daging sapi.
"Sekarang kami modal beli daging Rp107 ribu per kilogram. Kalau jual Rp130 ribu saja, pembeli pada menawar, untungnya tipis. Jadi kalau mau untung terpaksa jual Rp140 ribu per kilogram tapi risikonya pembeli berkurang," katanya.
Penjual daging sapi Pasar Tambun lainnya, Mujianto (35) mengatakan dirinya kini hanya melayani pelanggan tetap saat masa mogok berjualan agar tidak kehilangan pelanggan.
Baca Juga: Harga Daging Sapi Diprediksi Akan Naik, Penjual Keluhkan Keuntungan Menurun
"Kalau langganan tetap saya layani, paling mereka WA (WhatApp) dulu, terus saya antarkan, itu pun paling banyak lima kilogram sehari. Biar mereka tetap beli daging ke kami," kata Mujianto.
Berita Terkait
-
Susah Cari Gas Melon, Ibu Ini Terpaksa Tinggalkan Bayi di Rumah
-
Aksi Nelayan Tarumajaya Menentang Pagar Laut Bekasi di Atas Air
-
Uji Coba Sekolah Rakyat Dimulai di Bekasi, Mensos Ungkap Sistem Penerimaan Murid
-
CEk FAKTA: Buaya Masuk Rumah saat Banjir di Bekasi
-
Heboh! Warga Bekasi Digusur Padahal Punya SHM, Keamanan Sertifikat Dipertanyakan!
Tag
Terpopuler
- Iwan Fals Diperiksa Polres Jaksel, Kasus Apa?
- Kevin Diks: Saya Tak Dibutuhkan di Sana
- Karyawan PT Timah Hina Honorer Pakai BPJS, Rieke Diah Pitaloka: Kabarnya Masih Ada Sprindik Kasus Korupsi
- Respons Alex Pastoor Lihat Kualitas Pemain Indonesia di Persija vs PSBS Biak: Semua Talenta...
- Bintang Meteor Garden, Barbie Hsu Meninggal Dunia di Usia 48 Tahun
Pilihan
-
Sengketa Pilgub Kaltim Berakhir, MK Tegaskan Tak Ada Politik Uang
-
Dear Fans Kardus! Timnas Indonesia U-20 Butuh Doa Bukan Caci Maki
-
Warga RI Harus Banyak Tabah, Tarif BPJS Kesehatan Berpotensi Naik di 2026
-
Kisah Simon Tahamata Permalukan Johan Cruyff: Dikolongin, Lalu Minta Maaf
-
Emas Antam Lagi-lagi Harganya Melambung Tinggi, Tembus Rekor Baru
Terkini
-
Bejat! Guru Ngaji di Jatiasih Pakai Modus Ini Cabuli 2 Santri Laki-laki
-
Duduk Perkara Sengketa Lahan di Cluster Setia Mekar Bekasi: Sengkarut Sejak 1996
-
Perjuangan Emak-emak di Bekasi Antre Gas 3 Kg: Tinggalkan Bayi Berjam-jam
-
Pil Pahit Warga Cluster Setia Mekar Bekasi Tergusur Meski Miliki SHM
-
Gas 3 Kg Langka, Jerit Warga Bekasi: Pemerintah Jangan Bikin Kami Susah Terus!