Scroll untuk membaca artikel
Lebrina Uneputty
Senin, 15 November 2021 | 18:54 WIB
Ali Banat.[Instagram]

SuaraBekaci.id - Ali Banat, pengusaha sukses asal Sydney Australia yang menyumbangkan seluruh hartanya kepada kaum miskin di Afrika. Namanya didoakan warganet dalam unggahan akun @merindink, Senin (15/11/2021)

Ali Banat sendiri adalah seorang pengusaha yang telah meninggal dunia akibat kanker pada 29 Mei 2018 silam.

BBC menyebutnya Miliuner muslim, lahir 28 November 1982, Ali Banat memutuskan menyumbangkan seluruh hartanya sebelum meninggal dunia 2018. Saat itu tepatnya tiga tahun setelah dirinya didiagnosis mengidap kanker stadium empat.

Di masa hidupnya, sebelum total menggeluti kegiatan sosial, Banat dikenal sebagai pebisnis yang berhasil, yang memungkinkannya untuk menjalani gaya hidup yang mewah. Ia adalah kolektor mobil, jam tangan, sepatu, topi, dan kacamata mahal.

Baca Juga: Viral Reaksi Bule Non-Muslim Amerika Saat Masuk Masjid Pertama Kali: Sangat Menarik

Ia punya mobil sport seharga US$600.000 atau sekitar Rp8,3 miliar dan gelang US$60.000 (Rp833 juta).

Ali Banat. [BBC]

Keputusan drastis untuk menyerahkan kekayaan kepada kaum duafa ia ambil setelah dokter mengatakan ia terkena kanker dan hanya punya waktu tujuh bulan untuk bertahan hidup.

Banat menyebut kanker yang menggerogoti seluruh badannya sebagai hadiah dari Allah.

"Ini hadiah karena Allah memberi kesempatan bagi saya untuk berubah...," ia tak kuasa menahan air mata saat menyampaikan jawaban ini melalui video yang diunggah ke YouTube.

Banat menambahkan bahwa kanker yang ia derita membukakan matanya atas banyak hal di dunia ini.

Baca Juga: Diduga Gangguan Jiwa, Pria di Depok Mengamuk Setelah Bertanya Agama Hingga Teriak Jokowi

Ali Banat.[Instagram]

Ia menyadari besarnya karunia ia terima, seperti menghirup udara secara gratis, sesuatu yang tak terlintas di benaknya selama ini.

"Begitu tahu saya terkena kanker, saya melepas koleksi mobil, jam tangan, bahkan pakaian. Saya bawa semua pakaian saya dan saya serahkan ke orang-orang yang memerlukan ketika saya bepergian ke luar negeri," kata Banat.

"Saya ingin meninggalkan dunia tanpa satu pun harta benda," katanya.

Ia mengatakan tak lagi punya keinginan untuk mengejar kenikmatan dunia. "Ketika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa Anda sakit dan hanya punya waktu beberapa bulan untuk bertahan, mengejar kesenangan dunia akan menjadi prioritas yang paling akhir," jelas Banat.

Ia mengatakan harta dunia tak akan bermanfaat secara pribadi bagi seseorang yang divonis mati dalam beberapa bulan.

Ali Banat.[Instagram]

"Bagi saya lebih utama membuat seorang anak di Afrika tersenyum bahagia daripada memiliki mobil mewah seharga miliaran," katanya.

Setelah mengadakan perjalanan ke Afrika, Banat mendirikan yayasan sosial dengan tujuan mendirikan masjid, madrasah dan membantu para janda di benua tersebut.

Keputusan mendirikan yayasan juga dipicu ketika ia mengantarkan kawan yang meninggal dunia karena kanker.

Saat di pemakaman ia sadar bahwa setelah seseorang meninggal dunia, tak ada yang mendampingi di alam kubur. "Bahkan uang yang Anda punya, itu tidak akan Anda bawa," kata Banat.

Ia mengatakan satu-satunya yang akan dibawa adalah amal kebaikan selama di dunia.

Ingin segera bertemu Tuhan

Dalam wawancara dengan kanal YouTube One Path, Banat menuturkan ia sudah ingin bertemu dengan Allah.

Pengalaman spiritual ini berawal ketika ia meminum obat untuk meringankan sakit dan ternyata sedikit melebihi dosis. Ia mengaku berada di alam lain dan melihat pemandangan yang sangat indah.

Dalam kondisi kritis tersebut ia dikelilingi seluruh anggota keluarga dan mereka mengatakan bahwa tiba-tiba saja ia mengeluarkan kalimat, "Allah, ambil aku sekarang."

Banat bisa melewati masa kritis ini namun ia mengaku kecewa. "Saya bangun keesokan harinya dan menyadari ternyata Allah tak mengambil saya. Saya menjadi sedih."

Lembaga sosial yang ia dirikan sekarang menggalang dana melalui internet dan hingga hari Kamis (07/06) telah terkumpul dana lebih dari US$1,6 juta atau sekitar Rp22 miliar.

Dana yang dikumpulkan antara lain akan dipakai untuk membangun fasilitas pendidikan dan membantu warga miskin di sejumlah negara di Afrika, termasuk Togo, Burkina Faso, dan Ghana.

Load More