Pebriansyah Ariefana
Minggu, 15 Agustus 2021 | 11:20 WIB
Kakawin Sutasoma atau Kitab Sutasoma ditulis oleh Mpu Tantular (instagram/museum_nasional_indonesia)
Beberapa peserta Parade Bhineka Tunggal Ika di kawasan Monas, (19/11). (Suara.com)

Bhinneka Tunggal Ika

Rwaneka dhatu winuwus

Buddha Wiswa

Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen

Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal

Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa

Bait di atas merupakan kutipan dalam Kitab Kakawin Sutasoma tepatnya pada pupuh 139 bait 5. Kata-kata tersebutlah yang juga digunakan oleh pendiri bangs akita dalam merumuskan semboyan negara yang berbunyi Bhinneka Tunggal Ika.

Bait tersebut menceritakan bahwa perbedaan yang terjadi antara Buddha dan Siwa bukanlah sebuah halangan untuk tetap saling mengasihi. Sedangkan kebenaran Buddha dan Siwa adalah tunggal.

Maka jika diartikan secara setiap kata akan muncul makna "Bhinneka" yang bermakna ragam dan ika bermakna satu, kemudian jika digabungkan akan muncul makna meskipun berbeda-beda namun tetap satu.

Baca Juga: HUT ke-63, Ini Sejarah Lahirnya Provinsi Bali

Demikian adalah ulasan tentang sejarah dan makna yang terkandung di dalam kita Sutasoma, semoga bermanfaat.

(Dhea Alif Fatikha)

Load More