SuaraBekaci.id - Krisis tabung oksigen membuat IGD RSUD Kota Bandung ditutup sementara. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung butuh pasokan oksigen untuk pasien COVID-19.
IGD akan dibuka kembali untuk pasien Covid-19 jika pasokan oksigen sudah lancar.
"Iya betul (ditutup sementara), kemarin sore pasokan oksigen dari vendor terlambat datang dan jumlahnya terbatas, sementara jumlah pasien yang Covid yang masuk lewat IGD meningkat terus," ujar Direktur RSUD Kota Bandung, dr Mulyadi saat dihubungi, Jumat (2/7/2021).
RSUD Kota Bandung telah menghitung persediaan oksigen hanya bisa memenuhi kebutuhan pasien hingga pukul 06.00 WIB tadi pagi.
Oleh karena itu, pihaknya memutuskan IGD untuk pasien Covid-19 tidak menerima terlebih dahulu pasien.
"Jadi kami putuskan IGD yang Covid sementara gak menerima pasien Covid dulu dengan harapan persediaan oksigen yang ada tadi malam bisa digunakan optimal untuk pasien-pasien yang ada di ruang rawat baik pasien Covid atau non Covid," katanya.
Kasus COVID-19 Jawa Barat Parah
Data sebaran kasus tertinggi Covid-19 pada Kamis 1 Juli 2021 adalah DKI Jakarta 7.541 kasus, Jawa Barat 6.179 kasus, dan Jawa Tengah 2.624 kasus.
Untuk mengatasi Covid-19 di Indonesia, pemerintah menetapkan tiga kerangka strategi. Menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia, yakni deteksi, terapeutik, dan vaksinasi.
Baca Juga: Kang Emil : Jangan Berlomba-Lomba Menyimpan Tabung Oksigen
Strategi ini dijalankan sesuai dengan petunjuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangannya secara virtual terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, pada Kamis, 1 Juli 2021.
“Jadi yang pertama adalah perubahan perilaku atau 3M, yang kedua adalah deteksi atau 3T, yang ketiga adalah vaksinasi. Itu tiga strategi untuk mengatasi pandemi untuk orang yang sehat. Sedangkan untuk yang sudah sakit, ada strategi perawatan (terapeutik),” ujarnya.
Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan jumlah pengetesan dan pelacakan menjadi tiga sampai empat kali lipat dari sebelumnya seperti yang dilakukan oleh negara-negara lainnya yang memiliki angka kasus Covid-19 tinggi.
Selain itu, pemerintah juga akan memprioritaskan pengetesan epidemiologis atau dikhususkan untuk suspek atau orang yang kontak erat dengan pasien positif Covid-19.
“Jadi kita bisa mengharapkan mungkin dari sekitar 100 ribu sekarang kita bisa naikkan menjadi 400-500 ribu testing perhari. Kita sudah memberikan guidance sesuai dengan WHO standard kalau positivity rate dibawah 5 (persen) hanya 1/1000 per minggu, kalau 5 sampai 15 persen 5/1000 per minggu, dan seterusnya,” jelas Budi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
BRI 130 Tahun: Jejak Raden Bei Aria Wirjaatmadja, Perintis Keuangan Rakyat Indonesia
-
BRI Berdayakan Ibu Rumah Tangga di Surakarta Jadi Pengusaha Fashion Premium
-
Misteri 4 Orang Tewas di Tol Tegal: Polisi Tunggu Hasil Forensik
-
BRI Dukung Pembiayaan Sindikasi Rp2,2 Triliun untuk Proyek Flyover Sitinjau Lauik
-
Terbongkar! Aksi Pencurian Mobil di Kawasan Industri Cikarang Libatkan Karyawan