Scroll untuk membaca artikel
Antonio Juao Silvester Bano
Jum'at, 19 Maret 2021 | 21:25 WIB
Mantan nahkoda buka usaha olahan ikan usai pensiun.[AyoBandung.com]

SuaraBekaci.id - Seorang mantan nahkoda bernama Budi (49) banting setir usai pensiun. Dia menjalankan usaha olahan ikan sejak 2006 setelah berhenti melaut.

Usaha olahan ikan mantan nahkoda yang merupakan warga Kelurahan Tegalsari, Kota Tegal ini mendapatkan omzet jutaan rupiah setiap harinya.

Tempat usaha olahan ikan yang dimiliki Budi bernama Ulam Sari. Lokasinya berada di Jalan Bawal Gg 7 RT 10/03, Tegalsari, Kota Tegal.

Budi menceritakan awal mula membuka usaha olahan ikan tersebut. Dia mengatakan, awal mula membuka usaha  itu ketika dirinya berhenti nahkoda setelah selama 12 tahun melaut. Dirinya lalu memulai usaha itu lantaran tidak tahan menganggur.

Baca Juga: Polisi Buru Pemilik Akun Instagram Bareskrim Polres Kota Bekasi

"Sebenarnya ini meneruskan usaha istri. Istri dari tahun 1996 jualan empek-empek, tapi kecil-kecilan. Sehari paling bikin 3 sampai 4 kilogram sehari. Berhubung saya nganggur saya kembangkan," katanya dilansir dari AyoBandung.com -- jaringan Suara.com, Jumat (19/3/2021).

Sebelum memulai bisnis, dia bekerja di rumah produksi olahan ikan di Sukabumi. Hal itu dia lakukan untuk mempelajari tentang produk olahan ikan.

"Saya kerja selama dua bulan di rumah produksi olahan ikan di Sukabumi tanpa minta digaji. Saya pulang dan terapkan ilmu yang saya dapat," katanya.

Pulang 'belajar' di rumah produksi tersebut, dia mengembangkan usaha istrinya.

Jika sebelumnya hanya memproduksi empek-empek, kini sudah ada 10 jenis olahan ikan yang dihasilkan. Di antaranya keong mas, empek-empek, otak-otak, bakso ikan, somay ikan, ekado, nuget, lumpia, kaki naga ikan dan lainnya.

Baca Juga: HUT ke-7 Suara.com, Wakil Wali Kota Bekasi: Jangan Lupa Kritik Membangun

Dia telah memiliki sembilan karyawan. Dalam sehari, dia bisa memproduksi sebanyak 1,5 kuintal ikan.

Dengan harga Rp 12 ribi/bungkus untuk seluruh produk, omzet yang dia terima setiap harinya mencapai Rp3 juta sampai Rp4 juta.

"Alhamdulillah setelah merintis dari tahun 2006, usaha jalan terus. Usaha juga semakin berkembang setelah dapat bantuan mesin, truk boks dan freezer dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tegal pada tahun 2009," katanya.

Ia juga mengatakan, olahan ikannya itu berbeda dari yang lainnya. Bukan hanya soal rasa tetapi juga kualitas ikan yang dipakai.

"Kita pakai neriplus buat pengaganti micin. Ikan juga kita pilih ikan yang masih segar, karena kita sangat memperhatikan mutu," ujarnya.

Load More