Selain itu, Karawang juga dekat dengan Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Patimban dengan jarak masing-masing 70 kilometer. Lalu, akses Bandara Soekarno-Hatta dengan jarak 90 kilometer dan Bandara Kertajati 122 kilometer.
Berdasarkan PP 13 Tahun 2017 dan Permenhub 69 Tahun 2013, rencananya akan dibangun Bandara Soekarno-Hatta II di Karawang.
Akses transportasi lainnya adalah rel kereta api, yakni Stasiun Karawang, Stasiun Cikampek dan "Transit Oriented Development" (TOD) Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Keunikan lainnya dari Karawang yang mungkin belum banyak diketahui adalah adanya transportasi masal peninggalan Belanda yang menghubungkan antarkecamatan. Yaitu Karawang-Rengas Dengklok-Rawa Merta-Cikampek-Cilamaya.
Baca Juga:Irjen Ferdy Sambo Minta Maaf ke Polri dan Ucapkan Belasungkawa Atas Tewasnya Brigadir J
Eka pun menegaskan Kabupaten Karawang sangat prospektif untuk kawasan bisnis dan komersial. Atas dasar itu, pihaknya mengundang lebih banyak pengembang properti untuk berkolaborasi membangun Karawang yang lebih modern dan lebih layak huni.
APBD Kabupaten Karawang yang hanya Rp 4,8 triliun menuntut pemerintah setempat harus berkolaborasi dengan investor untuk sama-sama mengembangkan kawasan.
Sejauh ini, Pemkab Karawang sebenarnya sudah menjalankan pola kolaborasi dengan beberapa perusahaan pengembang properti besar seperti Summarecon dan Agung Podomoro Land.
Sebagai gambaran, Agung Podomoro di salah satu proyek propertinya di Karawang ikut menyediakan lahan untuk fasum (fasilitas umum) dan fasilitas sosial (fasos) yang kemudian digunakan untuk SPAM (Sistem Pengelolaan Air Minum).
Eka menjelaskan, dalam penyediaan air bersih pengembang menyiapkan lahan. Sedangkan untuk pengelolaannya dari PDAM.
Kota industri
Baca Juga:PSM Makassar vs Persija Jakarta: Juku Eja Siapkan Cara Redam Ball Possession Macan Kemayoran
Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mendorong Kabupaten Karawang dari kawasan industri menjadi kota industri.
Salah satunya dengan membangun "Central Business District" (CBD). CBD akan mampu dibangun yakni mengajak kolaborasi dengan pengembang besar.
CBD, menurut Yayat, sangat penting untuk mendukung transformasi Karawang menjadi kota industri. Terlebih kehadirannya akan mendorong pertumbuhan perekonomian yang lebih kuat secara jangka panjang.
Perlu diingat bahwa Ibu Kota Negara (IKN) akan pindah. Tidak tertutup kemungkinan pemilik pabrik di Karawang yang kantornya saat ini di Jakarta, pindah ke Karawang ketika di Karawang sudah siap dengan CBD.
Setelah hal tersebut terjadi maka profil pekerja di Karawang semakin meningkat. Semakin banyak juga tenaga kerja asing yang berkantor di Karawang untuk kemudian mendorong peningkatan permintaan pasar (demand) properti dan kawasan bisnis.
Karena itu, Yayat mengungkapkan, bakal banyak investor memilih lokasi di Karawang karena dukungan infrastruktur yang memadai. Tak hanya jalan, listrik, dan air bersih saja, tetapi juga rumah bagi pekerja.