Fakta Hadji Djole Pahlawan Kota Bekasi, Berasal dari Keluarga Kaya hingga Dicap Perampok oleh Belanda

Hadji Djole dikenal sebagai pahlawan yang berani melawan Belanda di wilayah Bekasi dan sekitarnya. Ia bahkan dicap perampok oleh penjajah.

Galih Prasetyo
Jum'at, 21 Januari 2022 | 19:25 WIB
Fakta Hadji Djole Pahlawan Kota Bekasi, Berasal dari Keluarga Kaya hingga Dicap Perampok oleh Belanda
Drama pengusiran penjajah di museum Perumusan Naskah Proklamasi,di Jakarta, Rabu (16/8).

SuaraBekaci.id - Sa'adah bin Hadji Eman atau lebih dikenal dengan nama Hadji Djole adalah sosok yang merupakan tokoh pimpinan jawara yang berjuang melawan Belanda selama masa perang Revolusi di wilayah Kota Patriot Bekasi.  

Sang legendaris Bekasi yang berani mengangkat senjata untuk melawan Belanda ini lahir pada tahun 1905 rupanya memiliki sejarah menarik akan perjuangan membolak balikan penjajahan Belanda pada masa itu.  

Ia adalah sosok yang paling berani berjuang dengan caranya sendiri hingga namanya bahkan dikenal menjadi momok bagi bangsa Belanda.  

Berikut fakta fakta menarik mengenai Hadji Djole, pahlawan kota Bekasi yang dikutip dari berbagai sumber:

Baca Juga:Tiga Lurah di Bekasi Dipanggil KPK Terkait Kasus Korupsi Rahmat Effendi

Terlahir Dari Keluarga Kaya 

Sejak kecil Sa'adah yang kerap disapa dengan Djole ini terlahir dari keluarga kaya pada jaman itu.  Keluarganya dikenal terpandang dan memiliki kekayaan diantara warga lain.  

Satu Keluarga Jadi Incaran  Belanda 

Tokoh yang paling banyak disebut dalam dokumen Belanda ialah Hadji Djole, mulai dari laporan intelijen, laporan patroli hingga catatan harian Belanda nama tokoh ini disebut paling banyak didalamnya. 

Rupanya tak hanya Hadji Djole yang menjadi buruan Belanda pada saat itu,  namun keluarganya adalah sang Ayah yakni Hadji Eman dan adiknya pun yakni Sa'adih bin Hadji Eman juga masuk dalam daftar pencarian pihak Belanda.  

Satu keluarga Hadji Djole masuk dalam daftar berbahaya pada masa pemerintahan Belanda.  

Didalam rumah Hadji Eman terdapat kurang lebih 30 pemuda,  10 senjata jenis revolver dan 5 buah karabyn. 

Baca Juga:KPK Buka Suara Soal Pertemuan Daring Rahmat Effendi dari Rutan

Sejumlah Peristiwa Besar Melibatkan Hadji Djole 

Sejumlah peristiwa tak main main di Bekasi tak lepas dari campur tangan Hadji Djole diantaranya pada tanggal 19 Oktober 1945 pembantaian 87 tentara Jepang di pinggir Kali Bekasi selepas stasiun Bekasi. Kemudian pembunuhan 22 tentara Inggris yang dikubur di pinggir Kali Bekasi sekitaran Kantor Polisi Bekasi.  

Bahkan menurut laporan intelijen Belanda per tanggal 26 Januari 1946, Hadji Djole telah banyak menumbangkan tentara Sekutu dan Belanda.  

Dalam koran Barrier Miner yang terbit pada tanggal 3 Desember 1945 diberitakan bahwa pembunuhan terhadap 22 tentara Inggris dilakukan oleh 50 orang pemuda berdasarkan perintah Haji Darip di Klender yang memiliki hubungan kuat dengan Hadji Djole.  

Hadji Djole juga dikenal lihai dan kerap berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sehingga Belanda mengakui kesulitan untuk menangkap beliau hingga perang Revolusi berakhir.  

Koran Belanda Nieuwe Courant terbitan 4 Juli 1949 bahkan menyebut Hadji Djole sebagai Bende Van mysterieuze Hadji Djoleh ( Gang Misterius Hadji Djole).  Aksinya kerap digambarkan mirip dengan tokoh detektif karya Leslie Charteris terutama dari The Saint Series.  

Namanya Dikenal di Seluruh Penjuru Wilayah Bekasi 

Nama Hadji Djole pun berkat perjuangannya berpengaruh hingga ke berbagai daerah yakni salah satunya Pekayon,  Teluk Pucung,  dan Karang Congok.  

Tangan Kanan Pak Matjan Cibarusah 

Hadji Djole pada laporan lainnya tertanggal 7 Maret 1946 merupakan tangan kanan Pak Matjan ( Cibarusah)  dan bagian dari kelompok Hadji Darip di Klender yang melakukan aksi teror terhadap Inggris dan Belanda di wilayah Bekasi sekitar.  

Dicap Sebagai Perampok 

Belanda bahkan menyebut kelompok Hadji Djole sebagai perampok.  Ya memang,  mereka merampok dan meneror penjajah,  mereka merampok pihak pihak yang pro penjajah,  dimana hasil rampokan mereka bagikan kepada rakyat yang pro dengan Republik Indonesia.  

Dalam buku berjudul Para Jago dan Kaum Revolusioner karya Robert Cribb Jakarta 1945 - 1949 ( 2009)  mereka disebut sebagai pihak yang berhasil memadukan kriminalitas dengan patriotisme yakni melakukan perampokan dan kekerasan hanya terhadap pihak pihak tertentu, pihak yang salah.  

Maju Disaat Yang Lain Mundur 

Dalam sebuah perjanjian pada masa itu yang merugikan pihak Indonesia,  karena garis demarkasi yang terus menjauh Jakarta,  membuat pihak TKR/TNI terpaksa mundur,  namun tidak bagi pasukan dibawah pimpinan Hadji Djole yang tetap menerobos dan melakukan upaya perlawanan.  Meski ditengah upaya tersebut mereka kerap mendapat protes dari pihak TKR/TNI yang dianggap menganggu strategi pemerintah pusat dalam perundingan.  

Kemudian pada saat para pejuang harus hijrah ke daerah Republik, Hadji Djole dan pasukannya tetap bertahan dan melakukan aksi gerilya serta perlawanan.  

Jasanya Dikenang Sejak Kepergian Hingga Kini 

Hadji Djole wafat pada tanggal 25 Desember 1969 di usia 64 tahun.  

Beliau dimakamkan di TPU kawasan Perumahan Kemang Pratama.  Terdapat bendera merah putih berkibar disana tanda penghormatan dari Legiun Veteran Republik Indonesia ( LVRI)  atas jasanya mempertahankan kemerdekaan.  

Nama Hadji Djole pun diabadikan menjadi salah satu satu Jalan di kawasan Mustika Jaya.

Kontributor : Ririn Septiyani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini