Transgender, Anak Perempuan Kiyai Jadi Laki-laki, Bagaimana Ibadah dan Pandangan Islam

Ayahnya adalah kyai, seorang penceramah ulung yang dihormati. Namun Amar gelisah. Dia tidak merasa bahwa dirinya adalah perempuan.

Lebrina Uneputty
Rabu, 13 Oktober 2021 | 13:17 WIB
Transgender, Anak Perempuan Kiyai Jadi Laki-laki, Bagaimana Ibadah dan Pandangan Islam
Amar Alfikar. (BBC)

SuaraBekaci.id - Seorang putri Kiyai, bertransformasi menjadi seorang laki-laki. Amar Alfikar, transgender 30 tahun, terlahir sebagai anak perempuan dari keluarga pesantren.

Ayahnya adalah kyai, seorang penceramah ulung yang dihormati. Namun Amar gelisah. Dia tidak merasa bahwa dirinya adalah perempuan.

Setelah bertahun-tahun hidup dalam kegelisahan, Amar memutuskan untuk bertransisi menjadi laki-laki.

Melansir dari BBC, bagaimana pandangan islam tentang transgender transpria.

Menurut Rektor Institut Islam Fahmina, Lembaga Pendidikan Islam yang berfokus pada kajian gender dan Hak Asasi Manusia (HAM), Marzuki Wahid menjelaskan panjang tentang transgender.

Marzuki Wahid juga pimpinan (mudir) Ma'had Aly Kebon Jambu Al-Islamy, perguruan tinggi pesantren dengan kurikulum kesetaraan dan keadilan gender.

Dr KH Marzuki Wahid yang dikenal sebagai kyai berpandangan progresif ini juga menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia PBNU (Lakpesdam PBNU).

Berikut penuturan Dr KH Marzuki Wahid:

Islam sebetulnya bukan semata-mata teks, tapi juga realitas. Dan dialog antara teks dengan realitas, itulah sebetulnya Islam.

Islam itu dinamis, sejak zaman nabi sampai sekarang selalu terjadi dinamika dan perubahan, dan perubahan itu mengikuti perubahan realitas.

Karena itu ketika ada suatu masalah baru, kontemporer, tentu pertama yang kita dekati adalah realitas itu sendiri.

Misalnya soal isu transgender atau transeksual. Kita tanyakan kepada yang bersangkutan, bagaimana sebetulnya duduk masalahnya?

Seperti apa perasaannya, prosesnya, dampaknya, dan seterusnya. Baru kemudian kita melihat, gimana teksnya. Nah dialog antara teks dan realitas itulah yang kemudian kita menemukan dan menentukan status pandangan keislaman.

Bagaimana pandangan keislamannya?

Saya kira transgender itu juga tidak tunggal. Para ulama melihat realitasnya, apakah seorang trans itu amdan, sengaja menjadi trans, ataukah ghoiro amdin, artinya dia tidak menghendaki tapi itu di luar kuasa dia. Dalam konteks ini saya melihat kasus per kasus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini