Kisah Dadih Leo: Bosan Keluar Masuk Penjara, Insaf dan jadi Kepala Desa

"Berkelahi mah udah tiap hari. Masuk penjara udah bosan saking seringnya. Dulu kan demi perut saya diam di dunia preman," kata Dadih.

Antonio Juao Silvester Bano
Rabu, 13 Januari 2021 | 17:45 WIB
Kisah Dadih Leo: Bosan Keluar Masuk Penjara, Insaf dan jadi Kepala Desa
Dadih

SuaraBekaci.id - Dadih Leo merupakan Kepala Desa Mandalagiri, Kecamatan Leuwisari. Dia merupakan mantan preman yang pernah merasakan pahit getir jalanan sebelum masuk pemerintahan.

Kepala Desa Mandalagiri Dadih Leo menceritakan perjalanan hidupnya dari preman hingga sukses menjadi kepala desa.

Pria kelahiran Tasikmalaya 5 Agustus 1963 itu mengaku sempat merantau selama belasan tahun. Dia tinggal di wilayah Banten pada 1985.

Saat di sana, Dadih mulai masuk ke dalam dunia preman. Tapi wilayah 'jajahan' Dadih bukan hanya Banten, ia juga masuk ke wilayah Bogor, Tanjung Priok Jakarta, Bekasi, dan Bandung.

Baca Juga:Warga Kecewa Kantor Pos Bekasi Tiadakan Pembayaran BST Susulan

Di beberapa wilayah itu, kata Dadih, dia membekingi beberapa toko dan lahan parkir. Pundi-pundi uang tiap hari mengalir deras ke kantongnya dan dikirim ke keluarganya yang berada di Tasikmalaya.

"Di dunia premanisme itu saya lakoni dari tahun 1985 sampai 1998. Bukan hanya di satu kota saja tapi di beberapa kota," ucap Dadih dilansir dari Ayotasik.com - jaringan Suara.com, Rabu (13/1/2021).

Selama di perantauan dan masuk di dunia preman, Dadih seringkali terlibat bentrok dengan preman dari wilayah lain. Perkelahian dan pertikaian kerap terjadi setiap hari hingga akhirnya membawa ia masuk ke penjara.

"Berkelahi mah udah tiap hari. Masuk penjara udah bosan saking seringnya. Dulu kan demi perut saya diam di dunia preman," tambah Dadih.

Dunianya juga menjerumuskan ia ke dunia narkoba. Berbagai jenis narkoba pernah dicicipi hingga akhirnya tertangkap polisi dan kembali menghuni hotel prodeo.

Baca Juga:Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Bekasi Diundur Februari

"Saya masuk penjara itu karena dua hal, kalau tidak berkelahi ya narkoba." ujar Dadih.

Setelah merasakan kerinduan dengan kampung halaman dan bosan hidup di perantauan, pada 1998, pria dua anak ini memutuskan untuk pulang kampung dan mulai aktif di salah satu organisasi massa.

Selain melakukan beberapa kegiatan sosial, ia pun mencoba menyelami karakter warga yang ada di wilayahnya yakni Desa Mandalagiri.

"Saya pulang tahun 1998, dan mulai aktif di masyarakat. Berbaur dengan masyarakat dan menyelami bagaimana karakter masyarakat," papar Dadih.

Setelah mengenal kondisi dan karakter masyarakat di kampungnya, muncul niatan untuk ikut terlibat dalam pembangunan. Ia berpikir, salah satu jalan untuk membantu kondisi warga yang serba kesulitan yakni dengan menjadi pemimpin.

"Saya ingin bantu, tapi tidak punya. Makanya saya niatkan maju di Pilkades tahun 2018. Dan alhamdulilah saya menang karena kepercayaan maayarakat," ucap Dadih.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini