SuaraBekaci.id - Profesor Antropologi Sosial dan Budaya dari Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda, Freek Colombijn memiliki pandangan menohok yang ditujukan kepada institusi Polri dan pemerintah pasca tragedi Kanjuruhan.
Menurut Colombijn, peristiwa berdarah di Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 merupakan bentrok antara polisi sebagai perwakilan pemerintah dengan masyarakat kelas bawah yang selama ini diabaikan suaranya.
"Apa yang saya lihat adalah bentrokan antara polisi sebagai perwakilan pemerintah dengan kelas bawah yang merasa tidak didengarkan. Di Indoesia tidak ada hakim atau pengacara di tribun penonton," ucap Colombijn seperti dilansir dari Nrc.nl
Freek Colombijn sendiri merupakan akedimisi yang banyak melakukan penilitian di Indonesia. Ia memiliki pengalaman saat berada di Surabaya, Jawa Timur saat menonton pertandingan sepak bola.
Bagi Colombijn, gambaran yang terjadi di Kanjuruhan merupakan potret kekerasan aparat kepolisian kepada masyarakat.
Menurut Colombijn, argumen dari pihak pemerintah dan kepolisian bahwa ada suporter yang turun ke lapangan dan diduga akan melakukan serangan kepada pemain usai pertandingan dirasa tidak masuk akal.
Colombijn tak menampik jika kemudian ada sekelompok kecil suporter yang memiliki niat untuk melakukan tindakan tidak terpuji. Namun bukan berarti hal itu kemudian mewajarkan aksi balasan dengan kekerasan dari pihak kepolisian.
"Para penggemar sepak bola di sana sangat fanatik. Ketika saya sedang melakukan kerja lapangan di Surabaya dan ada laga sepak bola. Suasana begitu meriah. Semua orang bersorak di pinggir kalan dan sekelompok pria terus membuat suasana semakin semarak. Suasana heboh terjadi. Tapi jarang ada keinginan mereka menyerang klub lain atau klub sendiri," paparnya.
Sepak bola di Indonesia dan negara-negara dunia ketiga kata Colombijn merupakan hiburan menyenangkan untuk masyarakat kelas ketiga.
Baca Juga: Sosok-Sosok di Balik 'Selamatnya' Indonesia dari Sanksi FIFA
Mereka datang ke stadion untuk bisa menonton tim kesayangan mereka. Stadion menjadi tempat bagi mereka bisa mengekspresikan diri dan bersuara sekencang-kencangnya di tengah himpitan kondisi sosial ekonomi.
"Mereka tidak merasa didengar. Mereka merasa ditinggalkan oleh negara. Selama pertandingan, mereka terus bersama dan bergandengan dan merasa sangat kuat,"
Menurut Colombijn, ini bukan pertama kalinya muncul rasa tidak puas terhadap institusi kepolisian. Di beberapa kasus kata Colombijn, petugas tunjukkan sikap arogan yang membuat rasa kesal para suporter.
"Pada banyak pertandingan, petugas berdiri dalam jumlah besar dengan tongkat, siap untuk memukul,"
Maka menurut Colombijn, bukan suatu kebetulan jika tidak ada mobil warga umum melainkan hanya mobil polisi yang dibalik dan dibakar massa.
Tembakan gas air mata yang diarahkan ke tribun penonton di Stadion Kanjuruhan disebut sebagai salah satu penyebab utama 131 Aremania meninggal dunia.
Tag
Berita Terkait
-
Terjawab Kapan Jadwal BRI Liga 1 Kembali Akan Dirilis, Hasil Pertemuan 18 Klub dan PT LIB
-
Sosok-Sosok di Balik 'Selamatnya' Indonesia dari Sanksi FIFA
-
TGIPF: Stadion Kanjuruhan Malang Tidak Layak Untuk Pertandingan Berisiko Tinggi
-
Thailand Berduka, 37 Orang Meninggal Ditembak oleh Mantan Polisi di Sebuah Rumah Penitipan Anak
-
Hasil Sementara Investigasi TGIPF: Stadion Kanjuruhan Tak Layak Dipakai Pertandingan High Risk Match
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
RUPSLB BRI 2025 Perkuat Tata Kelola dan Fondasi Pertumbuhan
-
BRI Tebar Dividen Interim 2025 untuk Saham, Kinerja UMKM Jadi Penopang
-
Ini Tanda Galon Air Minum yang Harus Ditolak Sekarang Juga
-
BRI Tegaskan Komitmen Sosial Lewat Bantuan Bencana Sumatra, Salurkan Donasi Dukung Mobilitas
-
BRI Pastikan Ketersediaan Kas dan Digital Banking Saat Nataru, Dukung Liburan Nasabah Makin Nyaman