Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Jum'at, 01 Juli 2022 | 15:24 WIB
Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) melepas ekspor kelapa parut senilai 35 ribu Dolar Amerika yang diproduksi oleh eksportir atau pelaku usaha milenial asal Kabupaten Pangandaran (CV Coco Indonesia Maju) di halaman Gedung Sate Bandung, Jumat (1/7/2022). [ANTARA/Ajat Sudrajat]

SuaraBekaci.id - Kelapa parut senilai 35 ribu dolar AS yang diproduksi oleh eksportir atau pelaku usaha milenial asal Kabupaten Pangandaran (CV Coco Indonesia Maju) diekspor ke Meksiko.

Ekspor kelapa parut ke Meksiko itu dilepas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat di halaman Gedung Sate Bandung, Jumat (1/7/2022).

"Pada hari ini, baru saja kita melepas salah satu truk kontainer dari eksportir milenial asal Jabar. Yang barusan kita lepas bersama-sama adalah produk desiccated coconut atau kelapa parut," kata Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi Jawa Barat, Ferry Sofwan Arif, seusai pelepasan Kick Off Eksportir Milenial.

Menurut Ferry Sofwan Arif, saat ini Pemprov Jawa Barat sedang fokus pada pertumbuhan eksportir muda dan milenial.

Ia menilai ada ceruk ekspor non migas yang bisa diisi oleh anak-anak muda atau para pengusaha milenial.

Baca Juga: Empat Bulan Jelang Masa Jabatan Habis, Ngatiyana Berpeluang Jadi Wali Kota Cimahi Defenitif

"Dan kita berkaca pada data bahwa ekspor Jawa Barat itu paling tinggi di Indonesia, karena produk kita lebih beragam," katanya.

Dia mengatakan potensi eksportir milenial tumbuh bisa dilihat dari data kependudukan BPS Tahun 2020 yang menyebut jumlah penduduk Jawa Barat mencapai 48,2 juta jiwa.

Dari angka tersebut, kata Ferry, sebanyak 25 persen adalah anak muda atau generasi Y dan 21 persen adalah generasi Z.

"Kelompok anak muda ini lebih dari 50 persen mereka bisa menjadi konsumen sekaligus produsen," katanya.

Dia mengatakan peluang ekspor komoditas maupun produk olahan dari kaum milenial sangat terbuka dan ceruk pasarnya luas.

Variasi produk yang diekspor oleh para milenial Jawa Barat menurutnya beragam mulai dari kantung urin, briket batu bara, kelapa parut, hingga tanaman hias.

"Hal ini bisa kita garap bersama-sama, milenial ini mereka melek informasi dan digitalisasi, yang paling kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh generasi Z dan Y," kata dia.


Akselerasi eksportir milenial

Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) saat ini aktif mendorong pertumbuhan jumlah eksportir milenial yang masuk dalam kategori industri kecil menengah.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat Iendra Sofyan mengatakan pihaknya menggenjot pertumbuhan eksportir milenial melalui program Export Coaching Program (ECP) yang dilaksanakan semenjak tahun 2019.

"Sudah ada sekitar 240 eksportir milenial yang kami latih, tahun 2022 ini ada 30 orang dari 150 orang yang mendaftar dan berhasil kami kurasi," katanya.

Dalam ECP ini selama setahun peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer, korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching.

"Dari April-Juni 2022 ini kami sudah berhasil mengekspor 158.344 dolar AS dari 9 komoditas," katanya.

Untuk ke depan Program ECP akan terus dikembangkan dengan menggandeng dukungan perbankan hingga Bank Indonesia beserta dinas terkait seperti KUK, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Dinas Perkebunan.

"Semuanya harus terkoordinir di Disperindag, karena kami yang akan melaporkan seluruh aktifitas ekspor baik manufaktur dan IKM," tuturnya.

Walaupun peluang terbuka lewat program ECP, Iendra memastikan proses seleksi dan kurasi diberlakukan pihaknya mengingat kemampuan dan semangat tiap peserta berbeda-beda.

Dari 150 eksportir yang mendaftar ECP, hanya seperlima yang siap melakukan ekspor.

"Bukan sisanya kita biarkan, tapi kami terus bina untuk lebih siap lagi melakukan ekspor," kata dia.

Menurut dia Program ECP akan menjadi filter bagi eksportir milenial yang tangguh karena peserta harus melewati enam tahap dan peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer.

Kemudian ada korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching. "Sehingga tidak langsung ekspor, tidak langsung container, tapi bertahap," kata dia. [Antara]

Baca Juga: Atasi Backlog dan Penuhi Kebutuhan Hunian Generasi Milenial, BTN Ekspansi ke Aceh

Load More