Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Sabtu, 18 Juni 2022 | 18:46 WIB
78 Orang Meregang Nyawa di Sepak Bola Indonesia Sejak 1994, Kasus Dua Bobotoh Diharap Jadi yang Terakhir, Mungkinkah?
Suporter Persib Bandung menyalakan flare usai pertandingan Persebaya Surabaya melawan Persib Bandung pada Group C Piala Presiden 2022 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/6/2022). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.

Artinya peran seorang suporter di klub sepak bola tak sebatas berteriak dan bernyanyi sepanjang 2x45 menit namun bersifat lebih dinamis.

Mereka jelas secara fisik datang ke stadion untuk memberi dukungan penuh kepada klub yang dicintai, namun juga di lain sisi secara politik suporter bisa memberikan suara saat ada permasalahan di klub tersebut.

Lebih jauh secara masif, suporter mampu melakukan gerakan sosial di kala kondisi klub yang mereka cintai tengah dirudung problematika.

Posisinya yang bersifat dinamis tersebutlah yang kemudian membuat suporter sepak bola memiliki nilai penting sebenarnya untuk pemain dan klub atau dalam bahasa sepak bolanya, mereka ialah pemain ke-12 saat klub bertanding.

Baca Juga: Dua Bobotoh Meninggal di GBLA, Nick Kuipers: Nyawa Terlalu Mahal untuk Sepak Bola

Atas dasar ini yang akhirnya membuat istri dari Alm Ayi Beutik, Mia Beutik di akun Instagram miliknya mengatakan,

"Innalilahi wa inna ilaihi rojiun. Semua hrs dievaluasi. untuk saat ini tolonglah jangan anti kritik terbuka dengan semua masukan karena kami bobotoh bukan hanya konsumen tp kami "pemain ke-12" tulisnya.

Kembali pada kasus tewasnya dua bobotoh, Akmal menegaskan bahwa kebijakan jelas dan terarah harus segera oleh PSSI.

Regulasi suporter kata Akmal menjadi penting. PSSI menurutnya bisa menduplikasi Football Spectator Act (FAS) yang diberlakukan di Inggris pada 1989 untuk mencegah holiganisme.

Tidak itu saja dalam aturan tersebut, diatur Badan Otoritas Lisensi, yang bertugas mem­beri, atau mencabut izin sebuah stadion untuk menyelenggarakan pertandingan.

Baca Juga: Dua Bobotoh Meninggal Dunia, Ridwan Kamil: Tidak Ada Sepak Bola yang Lebih Berharga daripada Nyawa Manusia

Namun di luar juga yang tak kalah penting ialah bagaimana di tingkatan suporter juga tumbuh empati. Suporter harus sadar bahwa mereka juga manusia dan manusia menurut Robert Herber Mead, seorang sosilog merupakan mahluk yang mengedepankan mind, self, dan society atau bahasa familiarnya ialah akal budi.

Load More