SuaraBekaci.id - Warga Betawi memiliki tradisi untuk mengunjungi orang tua seperti babe, enyak, encang, encing, mamang, mertua hingga abang jelang Lebaran.
Tak sekedar berkunjung, mereka biasanya juga membawakan makanan khas Betawi seperti semur ikan bandeng, ketupat dengan sejumlah lauk-pauknya. Namun, ada pula di lingkungan orang Betawi anggota keluarga muda tadi membawa semur daging berikut ketupat yang dibawa menggunakan rantang. Bahkan ada yang menggunakan nampan.
Lantaran sudah menjadi tradisi yang berakar, ada yang membawakan makanan kegemaran orang tua berupa semur jengki alias jengkol.
Kebiasaan mengunjungi orang yang lebih tua tadi menjelang Lebaran itu kini mulai menipis. Bisa jadi karena sulitnya mendapatkan daging yang setiap tahun naik harganya. Bisa karena faktor lain, yaitu jauhnya domisili anggota keluarga di kalangan masyarakat Betawi.
Baca Juga: Catat, Ini 4 Rekayasa Lalu Lintas yang Berlaku di Tol Japek
Biasanya, ketika anggota keluarga hendak pulang bukan berarti rantang yang dibawa pulang lantas kosong. Tidak. Sang mertua, babe dan si abang yang mendapat kunjungan tadi membalasnya mengisi dengan makanan lain. Bisa diisi kue kering atau pun makanan lain yang dapat menggembirakan bagi anggota keluarga.
Lantas apa isi pembicaraan kedatangan orang muda ke orang yang dituakan? Biasanya diisi dengan obrolan ringan sambil melepas rindu sekaligus minta didoakan agar kehidupan ke depan berkah, makmur dan selalu mendapat lindungan Allah.
Bertandang ke kediaman orang lebih tua tadi jelang Lebaran, di kalangan masyarakat Betawi dikenal sebagai nyorog.
Sekarang tradisi ini sudah menipis seiring perpindahan kediaman warga akibat perkembangan zaman, seperti terkena gusuran dan pindah domisili akibat tingkat ekonomi yang membaik sehingga komunitas orang Betawi mulai tersebar.
Warga Betawi memang tidak melakukan mudik. Meski begitu, kita prihatin, kekuatan kekerabatan antarsesama harusnya dapat dilestarikan. Tradisi nyorog memang masih terlihat di pemukiman warga pinggiran Jakarta.
Baca Juga: Puluhan Anggota Geng Motor di Sukabumi Tak Bisa Lebaran di Rumah Gara-gara Ini
Bisa jadi tradisi ini ke depan hilang. Pasalnya, warga Betawi tak lagi melulu kawin dengan etnis yang sama. Banyak di antaranya menikah dengan etnis Jawa, Makassar. Ada juga menikah dengan etnis dari Pulau Sumatera, Kalimantan dan bahkan menikah dengan kalangan orang “bule”.
Ikut Mudik
Karena itu, ketika menjelang Lebaran tradisi nyorog mulai langka. Apalagi di antara warga Betawi ada yang ikut mudik dengan suami atau isterinya yang berasal dari etnis lain.
Mudik dalam rangka silaturrahim merupakan budaya Indonesia yang berakar dari Islam. Ia tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan.
Kemajuan teknologi dan media sosial belum bisa menggantikan budaya mudik. Realitasnya, kini puluhan juta warga melaksanakan mudik untuk silaturrahim di kampung halamannya.
Mudik menjadi bagian dari kehidupan tahunan dan mengandung makna bagi setiap individu. Bukan saja karena nilai sejarah tempat dilahirkan dan dibesarkan, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan spirit untuk bangkit dan maju.
Boleh jadi mudik dimaknai sebagai sebagai reaktualisasi 'kembali' kepada ke asal yang bersifat transendental, yaitu Allah sebagai Sang Pencipta. Manusia diciptakan tak ubahnya sang musafir, cepat atau lambat akan kembali ke asal, yaitu Allah --Sang Khalik.
Itu sebabnya, ketika seseorang meninggal dunia, selalu diucapkan, Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya).
Kini, mudik jadi simbolisasi kembali kepada kefitrahan sejati. Sesudah puasa Ramadhan, insya Allah diampuni segala dosa dan diterima amal ibadah.
Bagi para pemudik, ada kepuasan spiritual. Sebab, mereka bisa bersilaturrahim dan ziarah kubur orang tua, kakek, nenek dan mereka yang dihormati dan disayangi, sambil mendoakan dan berharap mendapat keberkahan, kemajuan dan keselamatan dalam menjalani kehidupan.
Nilai Ekonomi
Mudik, walaupun mengandung dampak negatif seperti macet di sepanjang jalan menuju kampung halaman, menimbulkan kesibukan yang luar biasa menjelang, saat dan seusai Lebaran, tetapi manfaatnya dalam bidang ekonomi dapat dirasakan.
Mereka yang mudik, biasanya membayar zakat fitrah, zakat mal (harta), infak, sedekah dan memberi bantuan kepada keluarga dan famili di kampung halaman. Kedermawanan pemudik, melahirkan distribusi ekonomi ke masyarakat bawah yang tinggal di kampung halaman.
Pemudik tidak hanya melaksanakan ajaran agama seperti berderma, tetapi pemudik juga membeli berbagai macam kebutuhan sehari-hari termasuk makan, dan bermalam di hotel, motel dan penginapan. Lebih penting lagi hasil kebun atau pertanian para petani dibeli para pemudik.
Ekonomi di desa menggeliat. Pada saat mudik, hotel, motel dan penginapan dipenuhi pemudik dari berbagai lapisan masyarakat terutama kelas menengah dan kelas atas.
Dampak ekonomi di kampung dan di daerah mengalami putaran yang cepat. Pasca COVID-19 ini, Pemerintah daerah seyogianya memperoleh manfaat dari pendapatan pajak barang dan jasa, sehingga menambah pendapatan asli daerah.
Sungguh indah pesan Rasulullah bahwa setiap Muslim hendaknya bersilaturahim. Beribadahlah kepada Allah dengan sempurna, jangan syirik, dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahim dengan orang tua dan saudara (HR. Bukhari). [Antara]
Berita Terkait
-
Meski Belum Janji Ada Penurunan, Erick Thohir Jamin Harga Tiket Transportasi Tak Naik di Mudik Lebaran
-
Pemerintah Jamin Stok Pangan saat Imlek Hingga Lebaran Aman, Kecuali Daging Sapi
-
Erick Thohir Janji Tak Ada Kenaikan Tiket BUMN Transportasi saat Lebaran 2025
-
Paling Penuh di Merak, Pemerintah Prediksikan Jumlah Pemudik di Masa Lebaran Bisa Naik Lima Kali Lipat
-
Erick Thohir Tunggu Keputusan Prabowo soal Diskon Tiket Pesawat Lebaran
Terpopuler
- Dihina 'Jual Diri', Fitri Salhuteru Bongkar Aib Nikita Mirzani: Pernah Ditangkap di Hotel dengan Barang Bukti Kondom
- Pagar Laut Tangerang Diduga Dikuasai Aguan, Sindiran Pedas Rocky Gerung: Kalau Mau HGB, Izinnya ke Ikan
- Media Belanda: Patrick Kluivert Orang Belanda Terburuk Keempat Sepanjang Masa
- Mengintip 3 Koleksi Mobil Mayor Teddy Versi LHKPN, Kekayaannya Tembus Rp15 Miliar
- Ciut Lawan Denny Sumargo? Farhat Abbas Minta Maaf usai Kubu Agus Salim Ancam Penjarakan 10 Ribu Warga NTT
Pilihan
-
Gabung Grup 'Neraka' di Piala Asia U-17 2025, Nova Arianto: Mereka Tim-tim Juara
-
Saham PIK 2 Milik Aguan Terkena 'Abrasi' Pagar Laut, Anjlok Hampir 20 Persen
-
Saham Emiten Milik Aguan PANI Kebakaran Hari Ini, Gegara Pagar Laut Tangerang?
-
Resmi! Penampakan Jersey Baru Timnas Indonesia, Usung Nuansa Klasik dan Budaya Nusantara
-
IKN Suram! Proyek Swasta Mangkrak, Investor Sebatas Groundbreaking Bareng Jokowi
Terkini
-
Karawang Berlakukan Aturan Baru, Bus Jemputan Wajib Pakai Plat Lokal untuk Tingkatkan Pendapatan Daerah
-
Geger Tubuh Tak Bernyawa Tersangkut di Pagar Laut Bekasi, Begini Pengakuan Nelayan
-
Begal Sadis yang Bacok Lansia di Bekasi Kini Berakhir Meringis
-
KKP Segel Pagar Laut Milik PT TRPN di Bekasi, Kuasa Hukum: Bukan Salah Kami!
-
Viral Pagar Laut Misterius di Bekasi, KKP Ambil Langkah Penyegelan