Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 18 April 2022 | 07:43 WIB
Dari kiri: KH. Moh. Dahlan, Habib Ali Al-Attas (Cikini), KH. Nachrowi, KH. M. Tambih, dan KH. Idham Chalid. [NU.or.id/Dokumentasi Keluarga Kiai Tambih]

Saat itu, Bekasi tengah diserang pasukan sekutu dari Pangkalan Halim Pondok Gede. Serangan tersebut dikenal dengan Peristiwa Karawang-Bekasi.

Saat istrinya meninggal, Kiai Tambih sedang menghadang laju pasukan sekutu di daerah Jatiwaringin (Pangkalan Jati Kalimalang, saat ini) bersama tentara Hizbullah di bawah pimpinan (komandan sektor) seorang pemuda, Abdul Hamid dari Jatibening yang kemudian menjadi menantunya.

Kiai Tambih sempat menduda selama tiga tahun dan akhirnya menikah lagi dengan Hj Masnah binti H Marzuki, anak salah seorang pengurus Masjid di Rawa Bangke, Kampung Mester (sekarang Jatinegara).

Dari istri pertama, Kiai Tambih dikaruniai tiga orang putra dan tiga orang putri. Sementara dari istri keduanya, tidak menghasilkan anak.

Baca Juga: Video Viral Nasib Begal yang Korbannya Ternyata Anggota TNI, 'Kutandai Kau!'

Di samping itu, Kiai Tambih mendirikan Majelis Taklim Raudhatul Muta’alimin di Kranji Bekasi yang cukup terkenal pada zamannya.

Orang-orang yang datang ke majelis itu adalah para ustadz dari wilayah Bekasi dan sekitarnya, seperti Lemahabang, Cakung, Klender, Pondok Ungu, Bintara, Jatiwaringin, dan Pondok Gede. Beberapa ulama sempat mengajar di majelis taklim itu. Di antaranya Habib Soleh bin Abdulloh Al-Atthos, KH Muchtar Tabrani, KH Nahrawi (Lengkong/Banten), KH Tb Sholeh Ma’mun (Serang/Banten), dan KH Syukron Ma’mun.

Tokoh-tokoh nasional seperti KH Idham Cholid (Ketua PBNU 1956-1984), KH Wahab Chasbullah (Pendiri NU), dan KH Ali Maksum (Krapyak) juga pernah mengunjungi majelis taklim yang didirikan Kiai Tambih itu.

Perjalanan dakwah Kiai Tambih lebih banyak dihabiskan dengan menjadi aktivis Nahdlatul Ulama. Ia juga menjadi peletak dasar berdirinya NU di Bekasi bersama KH Muchtar Tabrani (Pendiri Pesantren Annur, Kaliabang Nangka, Bekasi).
Karena perjalanannya sebagai aktivis NU itu, Kiai Tambih memiliki kedekatan dengan ulama-ulama dan tokoh-tokoh nasional seperti KH Idham Cholid, Subhan ZE, KH Wahab Chasbullah, Usmar Ismail, Asrul Sani, dan Djamaluddin Malik. Bahkan, Kiai Tambih pernah mendapat hadiah seekor kuda dari Djamaluddin Mmalik.

Kuda itulah yang kerap menjadi kendaraannya setiap salat Jumat dari Kranji ke Bintara, lengkap dengan jubah seperti Pangeran Diponegoro.

Baca Juga: Keutamaan Malam Nuzulul Quran dan Amalan yang Datangkan Pahala Berlipat untuk Umat Muslim

Menyatukan Ulama dan Habaib di Betawi

Load More