Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Jum'at, 01 April 2022 | 19:15 WIB
Petugas melakukan pemantauan hilal awal Ramadhan 1443 Hijriah di Masjid Al Musyariin, Jakarta Barat, Jumat (1/4/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraBekaci.id - Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag Thomas Djamaluddin mengatakan posisi hilal awal Ramadhan 1443 Hijriah/2022 Masehi masih di bawah kriteria MABIMS, sehingga kemungkinan tidak dapat teramati.

"Di Indonesia, posisi hilal awal Ramadhan 1443 H terlalu rendah, sehingga hilal yang sangat tipis tidak mungkin mengalahkan cahaya syafak (senja)," ujar Thomas.

Kriteria baru MABIMS menetapkan bahwa secara astronomis, hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Sementara menurut Thomas Djamaluddin, pada saat Magrib 1 April 2022, posisi bulan di Indonesia tingginya kurang dari 2 derajat dan elongasinya sekitar 3 derajat.

"Hilal kemungkinan tidak teramati. Kalau ada yang mengklaim melihat hilal, dimungkinkan itu bukan hilal. Secara astronomi klaim itu bisa ditolak," ungkap Peneliti BRIN ini.

Baca Juga: PBNU: Hilal Tidak Berhasil Terlihat, Awal Ramadhan Minggu 3 April 2022

Maka, lanjut Thomas, jika data tersebut dikaitkan dengan potensi rukyatul hilal, secara astronomis atau hisab, dimungkinkan awal bulan Ramadan jatuh pada 3 April 2022.

Sementara itu, Pimpinan Pusat Muhamamdiyah telah menetapkan 1 Ramadhan pada Sabtu (2/4). Sehingga warga persyarikatan akan menunaikan ibadah Shalat Tarawih malam ini. [ANTARA]

Load More