SuaraBekaci.id - Keberadaan masyarakat Tionghoa di Bekasi sudah ada sejak lama. Ada sumber yang mengatakan bahwa mereka sudah ada di Bekasi sejak geger Batavia.
Namun ada juga yang menyebut jauh sebelum geger Batavia, etnis Tionghoa sudah mendiami wilayah Bekasi, hal ini ditunjukkan bukti sejarah, Klenteng Ngo Kok On di Cibarusah, Kabupaten Bekasi.
Kehadiran masyarakat Tionghoa di Bekasi sejak lama itu menurut budayawan Bekasi, Maja Yusirwan menambah dan memperkaya adat serta budaya lokal.
Menurut pria yang akrab disapa Aki Maja itu, etnis Tionghoa sejak lama selalu terbuka dan bersosialisasi dengan masyarakat lokal. Karenanya tak mengherankan jika di Bekasi cukup banyak bangunan dan kesenian bercorak Tionghoa.
"Sejak lama Etnis Tionghoa mendiami Bekasi dan bersosislisasi, hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa bangunan etnis Tionghoa seperti, Klenteng Hok Lay Kiong, Wihara di pondok gede, Gedung Papak dan beberapa seni budaya seperti barongsay hingga perayaan Cap Gomeh," kata Aki Maja kepada Suara Bekaci, Senin (31/1).
Sekedar informasi, gedung Papak yang berlokasi di Margahayu, Bekasi Timur awalnya dimiliki oleh seorang warga keturunan Tionghoa. Namanya, Lee Ghuan Chin, yang membangun gedung itu pada tahun 1930 silam.
Tidak hanya di bangunan dan bentuk perayaan khas etnis Tionghoa kata Aki Maja, akulturasi juga terlihat dari sejumlah alat musik, pentas pertunjukan hingga bahasa pergaulan sehari-hari.
"Akulturisasi juga terdapat pada beberapa instrumen musik seperti, tehyan, perkusi topeng, warna bangunan, kostum pengantin, kue-kue, hingga bahasa pergaulan seperti jigoh dan gocap,"
"Yang paling penting bahwa akulturasi itu justru memperkaya adat dan budaya.
Baca Juga: Keras! PDI Perjuangan Anggap Anies Baswedan Abaikan Kebijakan Jokowi dan Ahok yang Spektakuler
Aki Maja juga memberi pesan tersendiri soal kondisi budaya Bekasi di tengah arus modern seperti saat sekarang.
Menurutnya, yang paling penting untuk memperkaya budaya ialah jangan sampai lengah dengan perkembangan modern. Ia juga berharap warga dan pejabat Bekasi untuk meningkatkan apresasi kepada budaya lokal.
"Jika tidak konsen dan lengah dengan pembangunan yang semakin hegemoni dan tanpa peduli dengan kearifan lokal, lambat laun namun pasti budaya bekasi akan hilang dan tergusur, ditambah rendahnya apresiasi warga, pun pejabat-pejabatnya," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
BRI Berdayakan Ibu Rumah Tangga di Surakarta Jadi Pengusaha Fashion Premium
-
Misteri 4 Orang Tewas di Tol Tegal: Polisi Tunggu Hasil Forensik
-
BRI Dukung Pembiayaan Sindikasi Rp2,2 Triliun untuk Proyek Flyover Sitinjau Lauik
-
Terbongkar! Aksi Pencurian Mobil di Kawasan Industri Cikarang Libatkan Karyawan
-
4 Orang Tewas Misterius Dalam Mobil Toyota, Identitas Korban Terungkap!