SuaraBekaci.id - Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi menulis Surat Terbuka kepada Kongres Amerika Serikat (AS), Rabu (17/11/2021).
Isinya, memperingatkan potensi eksodus pengungsi massal dari Afghanistan yang dapat terjadi kecuali jika Amerika mencairkan lebih dari sembilan miliar dolar aset Bank Sentral Afghanistan dan mengakhiri sanksi-sanksi keuangan lain terhadap negara itu.
Amir Khan Muttaqi menulis bahwa sanksi-sanksi itu “tidak hanya menimbulkan kekacauan” pada perdagangan dan bisnis, tetapi juga bantuan kemanusiaan yang sedianya dapat diberikan pada jutaan warga Afghanistan yang kini putus asa.
Kantor Muttaqi di Kabul merilis salinan surat itu dalam beberapa bahasa termasuk bahasa Inggris.
Baca Juga: Tikam WN Afghanistan di Medan, Pelaku Ngaku Sakit Hati
Melansir laman VOA Indonesia, Kamis (18/11/2021) Muttaqi mengatakan pemerintahnya telah berhasil membawa stabilitas politik dan keamanan di Afghanistan sejak kembali berkuasa pada 15 Agustus lalu, tetapi masalah ekonomi yang ada terus memperburuk tantangan kemanusiaan yang dihadapi.
“Saat ini tantangan mendasar rakyat kami adalah keamanan finansial, dan akar kekhawatiran ini ditujukan pada pembekuan aset-aset rakyat kami oleh pemerintah Amerika,” tambah kepala diplomat Afghanistan itu.
“Kami sangat prihatin jika situasi itu terus berlanjut, maka pemerintah dan rakyat Afghanistan akan menghadapi masalah, dan akan menjadi penyebab (terjadinya) migrasi massal di kawasan dan dunia,” tambahnya.
Gelombang Pengungsi Afghanistan
Minggu lalu Dewan Pengungsi Norwegia melaporkan sekitar 300.000 warga Afghanistan telah melarikan diri ke Iran sejak Agustus lalu, dan saat ini setiap hari sekitar 5.000 orang masih terus berusaha menyebrangi perbatasan Afghanistan menuju ke wilayah negara tetangga secara ilegal.
Baca Juga: Taliban Kirim Surat Terbuka, Desak AS Segera Cairkan Aset Afghanistan
Amerika dan Eropa telah memblokir akses Afghanistan terhadap lebih dari sembilan miliar dolar aset Bank Sentral Afghanistan, yang sebagian besar disimpan di Bank Sentral Amerika setelah pengambilalihan negara itu oleh Taliban pada 15 Agustus lalu.
Dalam wawancara dengan VOA awal pekan ini, anggota DPR dari Partai Republik Michael McCaul mengatakan bahwa ia tidak akan begitu saja mencairkan aset-aset yang diminta oleh Taliban ketika berkomentar mengenai isu ini.
“Kami menyerahkan semua pengaruh ketika kami meninggalkan Afghanistan, termasuk menyerahkan Pangkalan Udara Baghram yang merupakan pusat pengintaian intelijen di wilayah itu. Dan satu-satunya pengaruh yang tersisa pada Taliban kini adalah aset-aset yang telah kami bekukan,” ujar McCaul.
“Jadi saya tidak akan mencairkan aset-aset itu dengan sangat mudah tanpa adanya konsesi besar yang dilakukan oleh Taliban,” tambahnya.
Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah menangguhkan dana bantuan sebesar $1,2 miliar yang sedianya mereka keluarkan untuk Afghanistan pada tahun ini.
“Kami berharap anggota-anggota Kongres Amerika dapat berpikir secara komprehensif atas hal ini dan para pejabat Amerika melihat dari kacamata keadilan terhadap penderitaan yang dialami rakyat Afghanistan, yang meningkat akibat sanksi-sanksi dan perlakuan partisan yang tidak adil, dan meminta untuk tidak menyelesaikan isu kemanusiaan ini dengan cara yang dangkal," tulis Muttaqi dalam suratnya.
Associated Press melaporkan Taliban kini kesulitan untuk membayar para dokter, guru dan pegawai pemerintah lainnya.
Sanksi Internasional
Sanksi-sanksi internasional juga mempersulit PBB dan kelompok-kelompok bantuan internasional untuk membayar staf mereka dan mempertahankan operasi bantuan kemanusiaan di Afghanistan.
Pemerintah Amerika telah membekukan aset Afghanistan karena keprihatinan atas hak asasi manusia dan terorisme di bawah pemerintahan Taliban. Kelompok Islamis itu juga ditekan agar memerintah negara itu dengan sistem politik yang inklusif, yang melindungi hak-hak perempuan dan kelompok minoritas.
Program Pangan Dunia PBB telah memperingatkan bahwa konflik syang terjadi selama bertahun-tahun dan kekeringan yang berkepanjangan di negara tersebut akan membuat lebih dari separuh penduduk Afghanistan yang diestimasi berjumlah 40 juta orang akan mengalami kelaparan pada musim dingin mendatang.
Berita Terkait
-
Trump Selamatkan TikTok dari Pemblokiran di AS
-
TikTok akan Pulihkan Layanan di AS Setelah Trump Janji Hidupkan Kembali Akses
-
Rupiah Menguat Tipis Pagi Ini, Tapi Trump Bisa Bikin Loyo Lagi!
-
Janji Donald Trump di Hari Pertama Menjabat Presiden AS
-
Pesta Kembang Api Meriah Warnai Malam Jelang Pelantikan Kedua Trump
Terpopuler
- Lex Wu Tanggapi Pembelaan Deddy Corbuzier Soal MBG: Dulu Loe Bukan...
- Ditegur Warga LA Tak Punya Empati Ngonten di Lokasi Kebakaran, Uya Kuya: Kami Diizinkan FBI
- Pemain Keturunan Pamit dari Timnas Indonesia U-20: Karena Konflik Kepentingan, Saya Tidak Melanjutkan
- Coach Justin Nasihati Nova Arianto seusai Timnya Dibantai 0-13 oleh Timnas Indonesia U-17
- Thom Haye Bakal Dilatih Patrick Kluivert: Sangat Gila Saya Mikir...
Pilihan
-
Bukalapak Diguyur Dana Segar IPO Malah Tidur Pulas
-
Siapa Jochem van de Kamp? Bocah 21 Tahun Dianggap Lebih Hebat dari Thom Haye
-
Istri Donald Trump Luncurkan Token Kripto "MELANIA", Harga "TRUMP" Langsung Anjlok
-
Temuan Baru, Pemilik SHGB dan SHM Pagar Laut Tangerang Terafiliasi PIK 2?
-
Setengah Hati Erick Thohir ke Danantara
Terkini
-
KKP Segel Pagar Laut Milik PT TRPN di Bekasi, Kuasa Hukum: Bukan Salah Kami!
-
Viral Pagar Laut Misterius di Bekasi, KKP Ambil Langkah Penyegelan
-
Pagar Laut Misterius di Bekasi Ganggu Rezeki Nelayan, Pemprov Jabar Klaim Begini
-
Tuntut Pembunuh Suaminya Dihukum Berat, Istri Sandy Permana: Nyawa Dibayar Nyawa
-
Pelajar SMP di Bekasi Jadi Korban Penipuan Uang Palsu Lewat Facebook, Dapat Upah Rp50 Ribu