Scroll untuk membaca artikel
Antonio Juao Silvester Bano
Minggu, 18 April 2021 | 03:05 WIB
Abdullah Hehamahua bercerita momen saat TP3 6 Laskar FPI menemui Jokowi (YouTube/UstadzDemokrasi).

SuaraBekaci.id - Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) 6 Laskar FPI Abdullah Hehamahua menjawab pernyataan Ali Mochtar Ngabalin yang menyebutnya sebagai 'teroris'.

Ngabalin menyebut Adbullah Hehamaua teroris usai menganalogikan pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo seperti Musa datangi Firaun.

Dia mengatakan, Ngabalin lebih teroris jika dirinya disebut sebagai teroris.

"Jika saya seorang teroris, maka adinda Ngabalin lebih teroris lagi," kata Hehamahua dilansir dari terkini.id -- jaringan Suara.com, Sabtu (17/4/2021).

Baca Juga: Ini Momen Abdullah Hehamahua Bertemu Jokowi, Sebut Musa Menghadap Firaun

Kemudian dia membeberkan rekam jejak dirinya bersama Ali Mochtar Ngabalin sebelum reformasi.

Dia mengatakan, kala itu Ngabalin aktif sebagai kader Pelajar Islam Indonesia (PII) dan diriya tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Menurutnya, kala itu kader itu PII lebih aktif dari HMI.

Dia menyatakan bahwa Ngabalin lebih 'galak' ketimbang dirinya.

"Itulah sebabnya, sebelum reformasi ketika saya berada di Jakarta, adinda Ngabalin ngajak saya jumpa Prabowo di rumah beliau, tapi tidak berjumpa. Lalu saya dibawa ke rumah Sri Bintang Pamungkas, seorang fungsionaris PPP yang paling radikal waktu itu," katanya.

Namun demikian, Hehamahua menyatakan kalau teroris adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang yang menentang penjajah. Karena, kata dia, sebutan teroris sempat digaungkan penjajah Belanda kepada para pejuang Indonesia, di antaranya kepada Teuku Umar di Aceh serta pahlawan Pattimura di Maluku.

Baca Juga: Ali Mochtar Ngabalin: Abdullah Hehamahua Menyihir Umat Jadi Radikal

Jika itu yang dimaksud Ngabalin, Hehamahua bersyukur dengan label tersebut.

"Jadi jika itu yang dimaksud adinda Ngabalin tentang teroris, Alhamdulillah saya diberi gelar teroris olehnya," ujarnya.

Abdullah melanjutkan bahwa ia tidak merasa ada yang salah dari pernyataannya soal Musa dan Firaun.

Hal itu karena ia menganggap Jokowi memang layak digambarkan sebagai Firaun karena merupakan penguasa di Indonesia saat ini.

Sementara TP3, kata Abdullah, cocok untuk digambarkan sebagai Musa yang memberikan kritik, saran, dan idenya kepada penguasa.

"Pada waktu yang sama, Presiden siapa saja dapat dianalogikan sebagai Firaun dalam kedudukannya sebagai kepala negara sekalipun kualitas dan model kepemimpinannya berbeda," paparnya.

Load More