Scroll untuk membaca artikel
Antonio Juao Silvester Bano
Minggu, 03 Januari 2021 | 12:49 WIB
ILUSTRASI Sejumlah tersangka mengenakan rompi oranye KPK usai Operasi Tangkap Tangan (OTT) Bupati Kutai Timur di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (3/7/2020). [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso]

SuaraBekaci.id - Rompi oranye KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi sering kita lihat bersliweran di media massa saat tersangka kasus korupsi kelas 'kakap' ditangkap lembaga antirasuah tersebut.

Kekinian, para tersangka kasus korupsi bakal mengenakan rompi oranye KPK saat keluar atau dihadirkan dalam konferensi pers di gedung merah putih.

Dilansir dari Sukabumiupdate.com--jaringan Suara.com, yang mengutip dari laman resmi KPK, transformasi baju tahanan itu bermula saat penampilan terdakwa kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda Goeltom menarik perhatian media.

Miranda muncul ke hadapan publik dengan jaket putih berlogo KPK. Namun, dipadukan dengan ikat pinggang besar warna hitam.

Baca Juga: ICW: Kinerja KPK Makin Lemah Sepanjang 2020

Di bagian bawah, nampak Miranda mengenakan rok warna hitam-putih bermotif batik, lengkap dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam mengkilap. Walaupun jaket ini dibordir dengan tulisan 'Tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi', Miranda tetap tampil modis.

Mantan Deputi Senior Bank Indonesia Miranda S Goeltom setelah dinyatakan bebas atas kasus suap cek pelawat yang menjeratnya, Selasa, (2/6/2015). [Dok/Suara.Com]

Padahal kebijakan agar tahanan KPK menggunakan jaket tersebut bertujuan supaya para koruptor mempunyai ciri khusus dan memberi efek malu atas perilakunya.

Ketua KPK saat itu, Abraham Samad mengatakan, sejak diluncurkan pada 13 Juli 2012, jaket berwarna putih tersebut memang banyak mendapat kritikan dari sejumlah pihak. Mulai dari politisi hingga pelajar. Mereka meminta warna jaket itu diubah.

Abraham menuturkan, warna putih dinilai tidak memberikan efek jera dan malu. Ia mengakui banyak surat masuk untuk meminta warna tersebut diganti.

Diketahui, lima tahun sebelum KPK menetapkan penggunaan jaket warna putih, pada 12 Agustus 2008, Koalisi Masyarakat Sipil sempat mengusulkan sejumlah contoh pakaian untuk tahanan lembaga antirasuah tersebut. Kala itu, aktivis antikorupsi melakukan semacam peragaan busana dari area parkir Gedung KPK menuju lokasi konferensi pers.

Baca Juga: Catatan Akhir Tahun, ICW Nilai Kinerja KPK Hanya Umbar Kontroversi

Ada tiga model dalam peragaan itu. Ketiganya menggunakan busana berupa terusan berlengan dengan celana panjang, lengkap dengan rantai hitam dan pemberat yang dilingkarkan di kakinya. Mirip narapidana di beberapa buku cerita.

Mantan Ketua KPK Abraham Samad. [Suara.com/Rambiga]

Saat itu nampak satu aktivis mengenakan pakaian berwarna oranye. Pakaian tersebut ia sulap dari baju bekas petugas kebersihan. Sementara aktivis lainnya mengenakan pakaian berwarna merah yang dimodifikasi dari seragam montir.

Kemudian aktivis yang terakhir mengenakan pakaian praktik siswa sekolah kejuruan berwarna hitam. Di bagian belakang ketiga pakaian tersebut tertulis 'Tahanan KPK'.

Usai fenomena jaket modis tahanan KPK mencuat ke permukaan, lembaga antikorupsi ini kembali memikirkan bagaimana desain pakaian tahanan pada pertengahan 2013.

Pimpinan lembaga tersebut kemudian menugaskan Kepala Bagian Rumah Tangga, Harry Hidayati untuk mendesain model Rompi tahanan yang baru, berangkat dari masukan Koalisi Masyarakat Sipil.

Harry selanjutnya membuat desain sejumlah pakaian dengan beragam pilihan warna seperti loreng-loreng, hijau, dan orange. Akhirnya, Pimpinan KPK saat itu, Bambang Widjojanto, memilih orange sebagai warna baru untuk baju para tahanan.

ILUSTRASI Pimpinan KPK memberikan keterangan dalam kasus OTT Bupati Banggai Laut yang menerima suap pembangunan infrastruktur jalan. [Suara.com/Welly Hidayat]

Bambang mengatakan, alasan dipilihnya warna orange adalah agar para koruptor diketahui masyarakat bahwa mereka merupakan tahanan KPK. Jika mereka kabur, maka warna orange ini dianggap mudah dikenali dan terang.

Awalnya Rompi warna orange itu diberi satu garis hitam. Belakangan muncul pendapat, rompi tersebut mesti mempunyai tiga garis hitam untuk menandakan bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa. Keputusan itu akhirnya disetujui.

Setelah mendapat persetujuan, Harry lalu ke Pasar Tanah Abang untuk membeli bahan pakaian tersebut. Ia membuatnya sendiri, termasuk menyusun pola dan menjahitnya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo bersiap menjalani pemeriksaan perdana sebagai tersangka di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di Jakarta, Kamis (26/11/2020). [ANTARA FOTO/ Reno Esnir]

Seragam baru tahanan KPK ini kemudian dirilis pertama kali pada 24 Mei 2013 ketika lokakarya media di Sukabumi. Setelah itu, rompi tersebut digunakan untuk para tersangka kasus korupsi yang ditangani dan ditangkap KPK hingga saat ini.

Sejumlah tersangka kasus korupsi yang ditetapkan KPK dalam beberapa waktu terakhir, nampak mengenakan rompi oranye dengan tiga garis hitam tersebut.

Teranyar,  Eks Menteri Sosial Juliari Peter Batubara yang tersandung kasus korupsi bantuan sosial Covid-19 dan Eks Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang terjerat kasus korupsi ekspor benih lobster.

Load More