- Pertina menolak keras keterlibatan organisasi tandingan dalam cabang tinju Popnas 2025
- Pertina menilai tindakan tersebut mencederai integritas olahraga nasional
- Muncul dugaan conflict of interest dalam pendirian organisasi baru tersebut
SuaraBekaci.id - Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) menolak tegas keterlibatan organisasi baru yang disebut abal-abal dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2025.
Sebanyak 30 dari 33 provinsi peserta cabang olahraga tinju menyatakan sikap menolak keras campur tangan organisasi baru tersebut.
Mereka menilai tindakan itu berpotensi membahayakan keselamatan atlet dan mencederai integritas olahraga tinju nasional.
Menurut Wakil Ketua Umum Pertina, Shelly Selowati HS, masalah utama terletak pada pemaksaan penggunaan wasit dan hakim pertandingan dari organisasi baru yang baru berdiri tiga bulan.
Baca Juga:Gulirkan Liga Antar Kampung, Menpora Adopsi Revolusi Olahraga Ala Soekarno Era 65?
“Kami saja butuh pengalaman 66 tahun untuk membina wasit dan hakim berkualitas. Mereka belum punya kapasitas, tapi sudah dipaksa memimpin pertandingan Popnas. Ini membahayakan nyawa atlet di atas ring,” tegas Shelly.
Pertina, yang telah berdiri selama lebih dari enam dekade, menegaskan tidak akan mempertaruhkan keselamatan dan masa depan atlet hanya demi kepentingan segelintir pihak.
Mereka menilai penyelenggara Popnas telah mengorbankan keamanan atlet demi memberi ruang bagi organisasi tandingan tersebut.
Dugaan Conflict of Interest Menguat
Konflik ini semakin memanas setelah muncul dugaan kuat adanya conflict of interest di balik berdirinya organisasi baru itu.
Baca Juga:Cegah Tragedi Kanjuruhan Terulang, Bakal Ada SOP Baru Penggunaan Stadion Wibawa Mukti
Salah satu pendiri diketahui merupakan putra dari pejabat tinggi olahraga nasional, yakni Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Keterlibatan figur berpengaruh itu memunculkan kesan bahwa kekuasaan digunakan untuk “mengobok-obok” organisasi olahraga resmi, demi ambisi politik dan kepentingan pribadi.
“Organisasi kami lahir dari rakyat kecil dan telah kuat di seluruh pelosok negeri. Kini, kami hendak digantikan oleh organisasi ‘kemarin sore’ yang baru seumur jagung. Ini preseden buruk dan tidak etis,” lanjut Shelly.
Pertina menegaskan bahwa mereka dan mayoritas provinsi akan bersatu melawan segala bentuk pembegalan federasi yang mengancam sejarah panjang dan prestasi tinju nasional.
Mereka menyerukan agar pemerintah dan otoritas olahraga segera turun tangan untuk menghentikan praktik tidak etis yang berpotensi merusak masa depan atlet muda Indonesia.