Nyorog, Tradisi Warga Betawi Jelang Lebaran yang Kini Mulai Redup

Lantaran sudah menjadi tradisi yang berakar, ada yang membawakan makanan kegemaran orang tua berupa semur jengki alias jengkol.

Ari Syahril Ramadhan
Sabtu, 30 April 2022 | 12:09 WIB
Nyorog, Tradisi Warga Betawi Jelang Lebaran yang Kini Mulai Redup
Perayaan lebaran betawi di Kota Tangerang tepatnya di Cipondoh dalam rangka Milada si Benteng. [ANTARA]

Boleh jadi mudik dimaknai sebagai sebagai reaktualisasi 'kembali' kepada ke asal yang bersifat transendental, yaitu Allah sebagai Sang Pencipta. Manusia diciptakan tak ubahnya sang musafir, cepat atau lambat akan kembali ke asal, yaitu Allah --Sang Khalik.

Itu sebabnya, ketika seseorang meninggal dunia, selalu diucapkan, Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya).

Kini, mudik jadi simbolisasi kembali kepada kefitrahan sejati. Sesudah puasa Ramadhan, insya Allah diampuni segala dosa dan diterima amal ibadah.

Bagi para pemudik, ada kepuasan spiritual. Sebab, mereka bisa bersilaturrahim dan ziarah kubur orang tua, kakek, nenek dan mereka yang dihormati dan disayangi, sambil mendoakan dan berharap mendapat keberkahan, kemajuan dan keselamatan dalam menjalani kehidupan.

Baca Juga:Catat, Ini 4 Rekayasa Lalu Lintas yang Berlaku di Tol Japek

Nilai Ekonomi

Mudik, walaupun mengandung dampak negatif seperti macet di sepanjang jalan menuju kampung halaman, menimbulkan kesibukan yang luar biasa menjelang, saat dan seusai Lebaran, tetapi manfaatnya dalam bidang ekonomi dapat dirasakan.

Mereka yang mudik, biasanya membayar zakat fitrah, zakat mal (harta), infak, sedekah dan memberi bantuan kepada keluarga dan famili di kampung halaman. Kedermawanan pemudik, melahirkan distribusi ekonomi ke masyarakat bawah yang tinggal di kampung halaman.

Pemudik tidak hanya melaksanakan ajaran agama seperti berderma, tetapi pemudik juga membeli berbagai macam kebutuhan sehari-hari termasuk makan, dan bermalam di hotel, motel dan penginapan. Lebih penting lagi hasil kebun atau pertanian para petani dibeli para pemudik.

Ekonomi di desa menggeliat. Pada saat mudik, hotel, motel dan penginapan dipenuhi pemudik dari berbagai lapisan masyarakat terutama kelas menengah dan kelas atas.

Baca Juga:Puluhan Anggota Geng Motor di Sukabumi Tak Bisa Lebaran di Rumah Gara-gara Ini

Dampak ekonomi di kampung dan di daerah mengalami putaran yang cepat. Pasca COVID-19 ini, Pemerintah daerah seyogianya memperoleh manfaat dari pendapatan pajak barang dan jasa, sehingga menambah pendapatan asli daerah.

Sungguh indah pesan Rasulullah bahwa setiap Muslim hendaknya bersilaturahim. Beribadahlah kepada Allah dengan sempurna, jangan syirik, dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahim dengan orang tua dan saudara (HR. Bukhari). [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini