SuaraBekaci.id - Kota Bekasi menjadi urutan kedua penyumbang kasus Covid-19 tertinggi di Jawa Barat. Hal tersebut diungkapkan langsung Ketua Harian Satgas Penanganan COVID-19 Jawa Barat Dewi Sartika.
Dengan terkonfirmasi 109.164, kasus aktif 11.454, sembuh 96.694 dan meninggal dunia 1.016, kemudian Kabupaten Bekasi dengan terkonfirmasi 56.818, kasus aktif 5.078, sembuh 51.193 dan meninggal dunia 547 orang.
Sementara Angka Reproduksi (Rt) Efektif di Jawa Barat terkini adalah 4.52 dengan rerata 14 hari terakhir sebesar 4.17. Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bakasi masih yang tertinggi.
Sementara untuk urutan pertama penyumbang kasus Covid-19 di Jabar ada di Kota Depok. Yakni sebanyak 117.499 dengan kasus aktif 11.324, sembuh 103.998 dan meninggal dunia 2.177.
Baca Juga:Kota Depok Sumbang Kasus Covid-19 Tertinggi di Jawa Barat, Total Meninggal Dunia 2.177 Orang
"Kasus COVID-19 di Jawa Barat terus mengalami peningkatan. berdasarkan data Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Jawa Barat, per 7 Februari 2022 pukul 16.00, jumlah kasus terkonfirmasi di Jawa Barat mencapai 770.546 dengan kasus aktif 56.322 dan sembuh 699.431," katanya.
Dari jumlah tersebut, tingkat kesembuhan di Jawa Barat sebesar 90,77 persen, meninggal 14.793 dan tingkat kematian sebesar 1,92 persen.
Dewi Sartika mengatakan, untuk jumlah tempat tidur ruang isolasi COVID-19 dari 342 rumah sakit di Jawa Barat mencapai 4.400 yang terisi 1.158 atau sekitar 26,32 persen.
"Untuk ruang isolasi tersedia 3.521 yang terisi 1.553 atau sekitar 44,11 persen. Dan ICU tersedia 414 yang terisi 78 atau 18,84 persen," ujar Dewi.
Dewi mengimbau masyarakat mengetatkan disiplin protokol kesehatan di mana pun berada.
Baca Juga:Naysila Mirdad Umumkan Negatif Covid-19 Usai Karantina 11 Hari
Kemudian menghindari sejumlah aktivitas rentan penularan seperti pertemuan keluarga, upacara duka cita, pernikahan, makan di kafe resto, rapat kerja, dan aktivitas berkerumun lainnya.
"Prokes pencegahan penyebaran COVID-19 dengan 5M (mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas) harus tetap dilakukan dan tentunya waspada," kata Dewi.
"COVID-19 varian Omicron memang jauh lebih cepat menular dibandingkan dengan Delta, namun dari sisi fatalitas varian Omicron jauh lebih rendah dibandingkan Delta," lanjutnya.
Meski begitu masyarakat tak boleh menyepelekan varian ini karena di sejumlah negara kasus kematiannya cukup memprihatinkan.
Bagi kelompok rentan seperti lansia dan ibu menyusui, serta orang yang memiliki penyakit penyerta, varian COVID-19 seringan apapun tetap menjadi ancaman serius. Apalagi bagi yang belum divaksin sama sekali, katanya. [Antara]