SuaraBekaci.id - Cara berdagang Rasulullah SAW patut untuk diketahui, karena bisa menjadi inspirasi dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melansir Harapanrakyat.com, berikut berbagai cara baginda rasul berdagang.
Seperti yang sudah Allah SWT firmankan kepada kita. Seluruh yang ada di langit dan bumi, hendaknya kita jadikan untuk tetap bertahan hidup serta mensyukuri atas nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita.
Berdagang merupakan salah satu profesi yang populer. Disamping itu juga, terkadang sebagian dari kita menggunakan cara tersendiri guna mendapatkan keuntungan.
Namun mereka juga tidak mempertimbangkan, cara mana yang sesuai dengan syariat Islam. Hanya keuntungan saja yang sudah mendominasi isi kepala mereka.
Untuk cara berdagang Rasulullah SAW yang pertama adalah Baginda Rasul selalu bersikap jujur. Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya sifat rasul itu ada empat.
Salah satunya adalah Siddiq yang memiliki arti jujur. Dalam berdagang, Nabi Muhammad SAW selalu jujur dalam perkataan maupun perbuatannya.
Tidak pernah sekalipun berbohong dan melakukan sikap yang munafik. Apalagi, perihal mengurangi berat timbangan barang.
Misalnya saja, jualan 1 kg gula, maka benar-benar akan menimbang dan menakarnya sebanyak 1 kg. Tidak kurang dan juga tidak lebih.
Bukan hanya itu saja, akan tetapi kejujuran dari Uswatun Hasanah kita ini, bisa kita lihat ketika Rasul mengatakan kualitas benda.
Apabila barang tersebut mempunyai kualitas bagus, maka Rasul akan mengatakan bagus.
Akan tetapi sebaliknya, apabila kualitas benda tersebut memang tidak bagus, maka juga akan mengatakan tidak bagus. Oleh sebab itu juga, Nabi Muhammad SAW dijuluki sebagai Al Amin.
Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, “Kelak pada hari kiamat, para pedagang akan dibangkitkan sebagai penjahat, kecuali pedagang yang bertakwa kepada Allah berbuat baik serta berperilaku jujur”.
Sikap jujur ini sudah seharusnya kita contoh untuk mendapatkan keberkahan ketika berdagang.
Menjual Barang dengan Kualitas Baik
Kemudian, cara berdagang Rasulullah SAW yang bisa kita amalkan adalah menjual barang yang mempunyai kualitas bagus.
Ketika berdagang, Nabi Muhammad SAW, tidak pernah mau menjual barang yang mempunyai kualitas kaleng-kaleng. Sudah pasti, Rasul bakalan menjual barang berkualitas baik supaya tidak merugikan konsumen.
Bukan hanya itu saja, akan tetapi nabi juga berharap pembelinya mendapatkan barang yang sepadan dengan harga sudah mereka bayarkan. Jadi, produk yang Rasul jajakan, selalu mempunyai kualitas Wahid.
Seperti halnya penjelasan dalam hadis riwayat Ibnu Majah, Uqbah bin Amir pernah mendengarkan Rasulullah SAW berkata,
“Seorang muslim itu merupakan saudara bagi muslim yang lainnya. Untuk itu, tidak halal bagi seorang muslim dalam menjual barang yang terdapat catat kepada temannya, kecuali yang sudah ia jelaskan.”
Contohnya saja begini, apabila Anda itu menjual barang tangan dua, maka alangkah lebih baiknya, Anda menjelaskan kepada calon pembeli mengenai detail dari barang tersebut. Katakan dengan sejujurnya dan jangan mengada-ngada.
Mengambil Keuntungan yang Sewajarnya
Setiap pedagang, artinya selalu mendambakan keuntungan. Tidak ada yang mau rugi pastinya.
Nah, masalahnya adalah banyak penjual yang menginginkan untuk mendapatkan keuntungan besar. Padahal, cara berdagang Rasulullah SAW itu mengambil keuntungan wajarnya saja.
Faktanya, dalam kehidupan sehari-hari kita masih menjumpai orang yang ingin mendapatkan keuntungan besar. Mereka juga menggunakan beragam cara untuk meraihnya, bahkan menggunakan cara yang tidak halal.
Misalnya saja seperti ini, harga jual terlalu tinggi padahal kenyataannya biaya produksinya murah. Barang sudah bekas atau second Anda katakan original dan yang sejenisnya.
Sedangkan, Nabi Muhammad yang merupakan Uswatun Hasanah kita saja, saat berdagang keuntungan yang Rasul ambil hanya sewajarnya saja. Pasalnya, Rasulullah itu tidak mencari uang, melainkan keberkahan dari Allah SWT.
Dalam Al Quran surat Asyura ayat 20: "Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan dunia Kami berikan kepadanya sbagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat"
Dari arti surah tersebut, kita tahu bahwasannya mengambil keuntungan atau uang ketika hidup di dunia itu seperti tidak ada artinya. Alasannya adalah kelak kita akan kekal di akhirat.
Mempunyai Strategi dalam Melakukan Pemasaran
Bukan hanya pengusaha pada zaman sekarang saja yang mempunyai strategi guna melakukan pemasaran. Akan tetapi hal tersebut juga menjadi cara berdagang Rasulullah SAW. Beberapa strategi ini pernah dilakukan Uswatun Hasanah kita.
Pertama, Muhammad SAW membidik target pasar. Bukan hanya menyasar pada target pasar tertentu, akan tetapi secara keseluruhan baik dari kalangan bawah maupun atas.
Strategi yang kedua, putra dari Siti Aminah tersebut mempunyai pikiran yang kreatif serta inovatif untuk melakukan penjualan.
Nabi Muhammad mempunyai hubungan baik dengan pelanggan maupun koleganya. Hal tersebut juga menjadi batu loncatan untuk melebarkan sayap bisnisnya ke segala penjuru dunia.
Tidak cukup itu saja, akan tetapi Nabi Muhammad juga tidak pantang menyerah apabila dagangannya itu tidak laku. Terus berusaha dan mengharapkan keberkahan dari Allah.
Semoga, penjelasan mengenai cara berdagang Rasulullah tersebut bisa kita amalkan. Karena, bukan hanya akan mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar saja, melainkan keberkahan dari Allah SWT.
(Muhafid/R6/HR-Online)