Muhammad Yunus
Senin, 22 Desember 2025 | 13:22 WIB
Pembuat telur asin sekaligus peternak itik asal Dusun Penjalinan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur dapat berkah Program MBG [Suara.com/BGN]
Baca 10 detik
  • Program Makan Bergizi Gratis (MBG) meningkatkan penjualan telur asin Yayak di Madiun secara signifikan.
  • Penjualan telur asin Yayak melompat dari ratusan menjadi ribuan butir per minggu, meningkatkan omzet drastis.
  • Dampak positif MBG meliputi pembukaan lapangan kerja bagi warga sekitar dan rencana pengembangan usaha peternakan itik.

SuaraBekaci.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menunjukkan dampak nyata bagi pelaku usaha kecil di desa.

Kali ini, berkah tersebut dirasakan Yayak Surayak, perajin telur asin sekaligus peternak itik asal Dusun Penjalinan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Yayak mengaku tak pernah membayangkan usahanya bisa berkembang pesat seperti sekarang. Sebelum menjadi pemasok dapur MBG, ia hanya mampu menjual sekitar 100 hingga 200 butir telur asin dalam sepekan.

Kini, setelah rutin menyuplai ke dapur MBG, penjualannya melonjak drastis menjadi 3.000 hingga 5.000 butir per minggu.

“Alhamdulillah, sejak ada MBG, peternak itik seperti kami sangat terbantu. Sekarang sekali kirim bisa 3.000 sampai 5.000 butir telur asin dan pembayarannya langsung,” ujar Yayak saat ditemui di rumahnya, akhir pekan lalu.

Lonjakan permintaan itu berdampak langsung pada peningkatan omzet Yayak yang naik sekitar 3.000 hingga 4.000 persen.

Tak hanya itu, usaha telur asin yang semula dikerjakan sendiri kini turut membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.

“Sekarang sudah tidak bisa dikerjakan sendirian. Ada 4 sampai 5 ibu-ibu tetangga yang membantu produksi, ditambah satu orang khusus untuk pengemasan,” tuturnya.

Untuk kebutuhan menu MBG, telur asin yang diminta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memiliki tingkat keasinan yang lebih ringan.

Baca Juga: Ancaman Suspensi! Wakil Kepala BGN Beri Ultimatum Sebulan SPPG di Banyumas Urus SLHS

Hal ini membuat proses pengasinan menjadi lebih singkat, hanya sekitar 7 hingga 8 hari, dibandingkan telur asin pasar umum yang membutuhkan waktu 12 hingga 15 hari.

“Supaya rasanya tidak terlalu asin, jadi prosesnya lebih cepat,” jelas Yayak.

Melihat permintaan yang terus meningkat dari beberapa dapur MBG di wilayah Kecamatan Kebonsari, Yayak mulai merencanakan pengembangan usaha.

Ia kini memperbesar kandang dan menambah jumlah itik untuk menjaga ketersediaan pasokan telur.

“Kita tambah bebeknya dan kembangkan peternakannya dulu,” katanya.

Dengan peningkatan omzet dan perputaran usaha yang semakin cepat, Yayak berharap program MBG dapat terus berjalan.

Load More