Galih Prasetyo
Selasa, 15 November 2022 | 19:29 WIB
Presiden FIFA Gianni Infantino saat memberikan sambutan pada jamuan makan siang KTT G20 di Rumah Bambu, Ocean Front Lawn, Apurva Kempinski, Bali, Selasa (15/11/2022). (Tangkap Layar YouTube Sekretariat Presiden)

FIFA sejak era João Havelange kerap terjebak dengan urusan politik atau bukan politik. Politik versi FIFA berbeda dengan kebanyakan orang.

João Havelange misalnya sempat menyerukan bahwa FIFA anti dengan politik apartheid yang pernah terjadi di Afrika Selatan.

Kampanye anti apartheid yang dilakukan João Havelange tak murni karena kepedulian. João Havelange melalukan itu agar ia bisa menang sebagai Presiden FIFA melawan wakil Inggris, Sir Stanley Rous.

Havelange seperti dilihat dari serial Netflix "FIFA Undercoverd" memanfaatkan ucapan blunder Rous soal para pesepak bola asal Afrika.

Dalam satu wawanara dengan media Inggris, Rous sempat menyebut bahwa cara bermain pesepak bola Afrika berbeda dengan pemain Eropa. Blunder ini yang digunakan Havelange unutk menarik suara dari federasi di Afrika.

Sukses menjadi Presiden FIFA, Havelange kemudian berbalik 180 derajat untuk urusan kemanusiaan. Ia tak peduli saat Argentina menjadi tuan rumah Piala Dunia 1978.

Penunjukkan Argentina sebagai tuan rumah ditentang banyak pihak karena saat itu tim Tango dipimpin junta militer Jenderal Jorge Rafael Videla. Ratusan orang disebut menjadi korban politik Videla.

Di serial dokumenter Netflix, Piala Dunia edisi 1978 dianggap merupakan Sport Washing yang dilakukan Jorge Rafael Videla dibantu oleh João Havelange.

Edisi Piala Dunia 1978 yang berlangsung di Argentina disamakan dengan Olimpiade 1936 yang diselenggarakan oleh Adolf Hitler bersama Nazi di Jerman.

Baca Juga: Profil 3 Wasit Wanita di Piala Dunia Qatar 2022, Punya Prestasi Mentereng

Load More