Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Kamis, 10 November 2022 | 11:45 WIB
Ir. Soeratin Sosrosoegondo. (Dok. PSSI)

SuaraBekaci.id - Bagi pecinta sepak bola Indonesia, sosok Soeratin Sosrosoegondo tentu bukan sosok asing. Ia adalah ketua umum pertama induk sepak bola Indonesia, PSSI.

Soeratin memimpin PSSI selama 10 tahun sejak 1930 hingga 1940. Soeratin kemudian melanjutkan tongkat kepemimpinan PSSI kepada Artono Martosoewignyo.

Soeratin lahir di Yogyakarta pada 17 Desember 1898. Anak dari Soesrosoegondo ini punya peran besar untuk Indonesia di era perang kemerdekaan.

Adik ipar dari tokoh bangsa Dokter Soetomo, pendiri Budi Utomo ini ialah penggagas berdirinya PSSI, organisasi sepak bola Indonesia. PSSI dibentuk Soeratin sebagai alat perjuangan melawan kolonial Belanda.

Baca Juga: Jejak MH Thamrin di Sepak Bola, Dari Lapangan Petojo hingga Dorong Soeratin Dirikan PSSI

Bagi Soeratin olahraga, khususnya sepak bola punya peran penting sebagai alat perjuangan serta alat pemersatu bangsa melawan penjajah Belanda.

Aksi Soeratin dimulai pasca Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Ia membuat organisasi konkret untuk para pemuda lewat jalur sepak bola.

Gagasan kakak iparnya, Dokter Soetomo dengan berkeliling pulau Jawa untuk membuat organisasi pemersatu melawan penjajah juga dilakukan Soeratin.

Soeratin kemudian mulai mempertemukan lima klub sepak bola yang berasal dari Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta serta Bandung untuk membuat wadah bersama yang kita kenal PSSI.

Dari hasil pertemuan para tokoh sepak bola lokal itu, 19 April 1930, Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia alias PSSI didirikan di Yogyakarta. Pada Kongres PSSI di Solo pada 1950 nama sepakraga diganti menjadi sepak bola.

Baca Juga: Jadi Juara Piala Soeratin U-15, ASIOP Kian Pede Tampil di Eropa

Mendirikan organisasi sepak bola bukan tanpa resiko. Soeratin bahkan harus menghindar dari sergapan intel Belanda yang mengawasi gerak-gerik pemuda pasca Sumpah Pemuda 1928.

PSSI yang didirikan oleh Soeratin bukan sekedar organisasi pendulang uang dari kompetisi, ada roh nasionalisme yang coba ditiupkan Soeratin untuk melawan perlakukan jahat penjajah Belanda kepada bangsa Indonesia.

Keinginan Soeratin untuk membentuk PSSI tak lepas dari penghinaan bangsa Belanda dengan membuat Nederlands Indische Voetbal bond (NIVB) pada Maret 1930.

Bagi orang Belanda, terbentuknya NIVB untuk mengatur sepak bola yang jadi olahraga favorit kala itu. Namun keberadaan NIVB menganggap klub-klub bola lokal di Indonesia sebagai perkumpulan liar dan tidak diatur dengan baik.

PSSI bentukan Soeratin ialah jawaban dan perlawanan untuk perlakuan NIVB dan para petinggi Belanda di Indonesia saat itu.

Akhir Hidup Soeratin yang Miris

Nahas bagi Soeratin, jerih payahnya untuk bangsa ini berakhir dengan ketidakmampuannya untuk menebus obat saat jatuh sakit.

Sejahrawan Asvi Warman Adam seperti dikutip dari laman LIPI menyebut Soeratin meninggal dunia setelah idap sakit sekia lama pada 1959.

Rumah Soeratin di Jalan Jalan Lombok, Bandung hanya berukura 4x6 meter dan terbuat dari dinding bambu. Tidak kemewahan yang didapat Soeratin di sisa akhir hidupnya.

Soeratin bisa saja memilih jalan berbeda semasa mudanya. Ia adalah tamatan Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg, dekat Hamburg, Jerman, ia punya gelar insinyur sipil dan sempat bekerja di perusahaan konstruksi terkemuka milik Belanda.

Karena kesibukannya dan keyakinannya PSSI sebagai alat perjuangan melawan penjajah, Soeratin meninggalkan pekerjaannya tersebut.

Soeratin yang 'angkat senjata' lewat organisasi sepak bola PSSI meninggal dalam kemiskinan. Mirisnya lagi, hingga saat ini nama Soeratin belum dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Pada November 2006, nama Soeratin sempat masuk satu dari 14 nama tokoh yang dicalonkan sebagaib pahlawan nasional.

Beberapa bulan sebelumnya, 22 Juni 2006 seperti dituliskan Asvi, pada seminar tentang peran Soeratin di Senayan, pihak PSSI tidak melampirkan makalah seminar ini beserta transkrip diskusi kepada tim penilai kepahlawanan nasional.

Padahal pada Rapat Paripurna Nasional PSSI tahun 2005 (Kep/09/Raparnas/XI/2005), nama Soeratin diusulkan untuk jadi pahlawan nasional.

Kekinian, Ketum PSSI Mochamad Iriawan pada April 2020 kembali usulkan nama Soeratin jadi pahlawan nasional.

“Kami akan terus berjuang, agar almarhum Bapak Soeratin bisa memperoleh anugerah sebagai pahlawan nasional, atas seluruh jasanya membuat sepak bola sebagai alat pemersatu bangsa di era pergerakan menuju kemerdekaan,” ucap pria yang disapa Iwan Bule itu.

Namun sampai saat ini perjuangan itu belum juga membuahkan hasil, Soeratin belum jadi pahlawan nasional, Iwan Bule masih sibuk dengan segudang PR pasca tragedi Kanjuruhan.

Load More