Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Kamis, 06 Oktober 2022 | 08:20 WIB
3 Perbedaan Mencolok Tragedi Kanjuruhan dengan Estadio Nacional Peru: Masa Berkabung Nasional dan Pengakuan Polisi
Sejumlah coretan berisi kekecewaan menghiasi dinding Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). Mereka minta agar kasus Tragedi Kanjuruhan yang menelan lebih dari 100 orang meninggal dunia diusut tuntas. [Suara.com/Dimas Angga]

Hal itu dilakukan karena di dalam stadion sudah ada 45.000 penonton, jumlah itu melebihi batas penonton. Polisi berdalih hal itu untuk mencegah penonton lain masuk ke dalam stadion.

"Polisi memerintahkan pintu-pintu stadion ditutup agar tidak ada orang lain yang masuk," tulis laporan tersebut.

Sementara itu di Tragedi Kanjuruhan, tidak jelas siapa yang memberi perintah untuk menutup pintu stadion. Dalam laporan Suara.com berjudul "Kengerian di Pintu 13, yang Sebenarnya Terjadi saat Tragedi Kanjuruhan" terungkap bagaimana para suporter terdesak tak bisa keluar. Gerbang terkunci rapat. Di gate 13, ratusan nyawa melayang.

Salah satu saksi mata, Eko Arianto sempat bertemu seorang aparat keamanan. Bukan memberi pertolongan, si aparat malah berteriak memaki bahkan berusaha memukul Eko. “Jancok, teman saya juga ada yang kena!” hardiknya.

Baca Juga: Erick Thohir Temui Presiden FIFA Hingga Sampaikan Surat Khusus dari Jokowi, Buntut Tragedi Kanjuruhan

Aparat itu lantas hendak memukul Eko tapi berhasil ditangkis oleh temannya.

Load More