Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Senin, 27 Juni 2022 | 17:06 WIB
Benda bersejarah yang ditemukan di Teluk Pucung, Kabupaten Bekasi Utara, Kota Bekasi (bekasikota.go.id)

SuaraBekaci.id - Budayawan Bekasi, Maja Yusirwan punya pendapat tersendiri terkait temuan benda bersejarah di Teluk Pucung, Kabupaten Bekasi Utara beberapa waktu lalu.

Menurut pria yang akrap disapa Aki Maja itu terkait penemuan benda bersejarah dan diduga ialah alat penggilingan gula dari era Kesultanan Banten abad ke-17, harus ada kajian lebih mendalam.

"Perlu dilakukan kajian oleh arkeolog, sejarawan yang memahami secara akurat dan perlu kehati-hatian dalam menyimpulkan," kata Aki Maja kepada Suara Bekaci, Senin (27/6/2022).

Ditambahkan Aki Maka, kajian akademik sangat penting untuk kemudian menyimpulkan asal usul benda bersejarah tersebut.

Baca Juga: Melacak Jejak Benda Bersejarah yang Ditemukan di Teluk Pucung Bekasi, Ada Kaitannya dengan Kesultanan Banten?

"Karena itu butuh kajian akademik, time line dan narasumber yang memahami secara keilmuan supaya informasi dan kesimpulan yang nanti disampaikan tidak keliru," tambahnya.

Saat disinggung soal kaitan benda bersejarah tersebut dengan masyarakat yang hidup di Kesultanan Banten abad ke-17, Aki Maja menyebut bahwa besar kemungkinan ada kaitannya.

Hal ini berdasarkan fakta sejarah bahwa memang kawasan Bekasi sejak era dahulu menjadi daerah pertanian.

"Ya, saat itu bekasi diketahui sebagai daerah pertanian penghasil padi dan tanaman lainnya, seperti tebu," ungkapnya.

Menurutnya banyak catatan sejarah yang menunjukkan di kawasan Bekasi banyak dibangun pabrik gula.

Baca Juga: Heboh, Benda Bersejarah Kesultanan Banten Diduga dari Abad 17 Muncul di Pinggir Jalan Bekasi, Publik Soroti Hal Ini

"Itupun dibuktikan adanya catatan sejarah tentang berdirinya banyak pabrik gula di kawasan Bekasi, Tambun, Cikarang dan sekitarnya,"

"Budaya bertani dan berkebun masyarakat bekasi sudah berlangsung sejak lama," tambahnya.

Dari penampakan benda tersebut, sekilas mirip dengan batu yang biasa dipergunakan masyarakat untuk memproduksi gula di era Kesultanan Banten pada abad ke-17.

Pada era tersebut, produksi gula dikelola oleh orang-orang Cina di kawasan Pecinan, Kelapa Dua (sekitar 9 kilometer dari Banten Lama). Hasil produksi gula akan dijual ke Batavia untuk kemudian diekspor ke Cina dan Jepang.

Untuk dapat menghasilkan gula dan pohon tebu, masyarakat pada abad ke-17 menggunakan batu penggilingan yang ditemukan di Teluk Pucung, Bekasi.

Merujuk pada laman resmi Kemdikbud, batu penggilingan biasanya dibuat dari batu granit.

Batuan granit biasanya batuan beku yang memiliki warna cerah, butirannya kasar sehingga dapat dilihat dengan jelas dan mempunyai kepadatan yang keras sehingga mampu menahan beban yang berat dan tahan terhadap pelapukan.

Dari benda yang ditemukan di Teluk Pucung Bekasi memang mirip dengan batu penggilingan tebu masyarakat Banten di abad ke-17.

Batu penggilingan pada era itu, memiliki gerigi yang dipahatkan pada salah satu bagian ujung atau tepian mengelilingi lingkaran batu.

Load More