SuaraBekaci.id - Doping atlet, kata itu belakangan ramai dibicarakan pasca selesainya turnamen Bulutangkis Piala Thomas di Denmark, Minggu (17/10/2021).
Bukan karena adanya atlet bulutangkis yang dihukum akibat terbukti konsumsi doping. Melainkan tidak berkibarnya bendera merah putih di atas podium meski Indonesia juara Piala Thomas 2020, akibat adanya sanksi dari Badan Anti-Doping Dunia (WADA) kepada Indonesia yang dinilai tidak mematuhi program test doping plan (TDP).
Dikutip dari American College of Medical Toxicology, ada empat kriteria zat yang termasuk dalam obat doping bagi atlet. Di antaranya, zat yang bisa meningkatkan massa otot, zat yang mengurangi waktu pemulihan, zat yang meningkatkan energi maupun daya tahan, dan zat yang bisa menutupi kandungan obat lain.
Sedangkan beberapa contoh zat dan metode yang digunakan untuk doping secara internasional, di antaranya:
1. Obat Anabolik (Steroid Anabolik)
Steroid anabolik telah lazim dalam olahraga profesional sejak pertama kali digunakan pada 1950-an pada atlet angkat besi. Obat tersebut telah digunakan secara luas dalam olahraga berbasis kekuatan seperti angkat berat, sepak bola, baseball, dan lainnya.
Steroid anabolik merupakan turunan sintetis dari testosteron. Tujuan penggunaannya dalam doping untuk meningkatkan massa otot dan berat badan tanpa lemak. Obat-obatan itu dapat dikonsumsi baik secara oral atau injeksi. Banyak bentuk yang berbeda juga sering dikonsumsi bersamaan untuk memaksimalkan efek yang diinginkan.
Namun banyak efek kesehatan yang merugikan. Efek kesehatan yang relatif kecil seperti infeksi kulit, jerawat, ginekomastia ireversibel (perkembangan jaringan payudara pria), dan penyusutan testis.
Selain itu, efek parah dan berpotensi mengancam jiwa seperti psikosis, pendarahan di sekitar hati, peningkatan risiko serangan jantung, dan kematian mendadak juga dikaitkan dengan penggunaan steroid anabolik.
Karena banyak efek kesehatan yang merugikan terkait dengan penggunaan steroid anabolik, maka dikategorikan sebagai zat yang dikendalikan di Amerika Serikat. Juga terdaftar secara permanen di Kode Anti-Doping Dunia dan secara rutin diuji pada atlet dunia.
2. Stimulan
Obat perangsang terdiri dari kelompok besar dan beragam obat, bila digunakan untuk doping bertujuan meningkatkan stamina seorang atlet, mengurangi sensasi kelelahan dan rasa sakit, juga meningkatkan fungsi mental dan perilaku.
Beberapa zat yang termasuk obat stimulan ini di antaranya kokain, amfetamin, dan efedrin.
Amfetamin pada awalnya sering dikonsumsi atlet karena bisa mengurangi rasa sakit dan kelelahan. Amfetamin juga telah digunakan dalam banyak olahraga seperti bersepeda, sepak bola dan trek lapangan sejak Olimpiade 1936.
Namun, meskipun digunakan secara luas, efek samping amfetamin kadang-kadang bisa sampai mengancam jiwa akibat peningkatan risiko kejang, serangan jantung dan kematian mendadak bersama dengan banyak efek lainnya.
Oleh karena itu, penggunaannya dilarang, baik dalam olahraga maupun ilegal untuk penggunaan pribadi non atlet.
3. Hormon
Sistem endokrin merupakan sistem dalam tubuh manusia yang memproduksi dan mengatur hormon. Hormon bertanggung jawab untuk hampir setiap fungsi tubuh termasuk perkembangan dan pertumbuhan otot.
Beberapa hormon telah ditemukan berfungsi untuk meningkatkan produksi protein dan karena itu bisa peningkatan massa otot. Hormon seperti insulin dan hormon pertumbuhan manusia (hGH) telah digunakan oleh atlet dalam upaya untuk meningkatkan massa otot.
Tapi efek kesehatannya parah. Seperti gula darah rendah, kelebihan cairan dan pembengkakan anggota badan, pertumbuhan tulang yang berlebihan, hingga serangan jantung.
4. Doping Darah
Atlet bisa meningkatkan kinerja mereka dalam berolahraga dengan meningkatkan jumlah oksigen dalam aliran darahnya. Oksigen menjadi salah satu nutrisi dasar untuk semua sel, karenanya peningkatan pengiriman oksigen ke jaringan dapat meningkatkan daya tahan dan kinerja atlet.
Beberapa atlet akan diambil darahnya sendiri beberapa bulan sebelum kompetisi, hanya untuk ditransfusikan kembali ke atlet yang sama sesaat sebelum kompetisi untuk meningkatkan volume darah mereka dan jumlah oksigen dalam darah itu selama kompetisi.
Atlet lain telah menggunakan obat tertentu seperti erythropoietin, yang bekerja untuk meningkatkan produksi sel darah merah tubuh. Secara keseluruhan, peningkatan volume sel darah merah memastikan peningkatan pengiriman oksigen ke sel, dan kemungkinan meningkatkan daya tahan tubuh.
Berita Terkait
-
Kocar-kacir Kelas Menengah RI, Rata-rata Tabungannya Tinggal Rp1,8 Juta
-
Nasib Kelas Menengah RI Makin Suram, Tahun Depan Penderitaan Belum Hilang
-
Overrated: Ini 5 Alasan Punya Mobil dengan Sunroof di Indonesia adalah Ide Buruk, Kecuali untuk Kampanye
-
Jenis Dosa Jariyah yang Terus Mengalir dan Cara Menghapusnya
-
Mengenal 3 Jenis Ghibah: Bagaimana Hukumnya dalam Islam?
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Terbaik November 2024, Memori Lega Performa Handal
-
Disdikbud Samarinda Siap Beradaptasi dengan Kebijakan Zonasi PPDB 2025
-
Yusharto: Pemindahan IKN Jawab Ketimpangan dan Tingkatkan Keamanan Wilayah
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Chipset Snapdragon, Terbaik November 2024
-
Kembali Bertugas, Basri-Najirah Diminta Profesional Jelang Pilkada Bontang
Terkini
-
BRI Terdepan dalam Pembiayaan Berkelanjutan, Sunarso Dinobatkan sebagai The Best CEO
-
Apakah Infinix Smart 8 Cocok untuk Game? Temukan Jawabannya di Sini!
-
Calon Wakil Wali Kota Bekasi Nurul Sumarheni Janjikan Angkat Kualitas Hidup Perempuan
-
Debat Pilkada Kota Bekasi: Tri Adhianto Kirim Ucapan Spesial untuk Sosok Ini
-
Debat Pilkada Kota Bekasi: Heri-Sholihin Tutup Paparan Visi Misi dengan Cara Tak Biasa