SuaraBekaci.id - Masa lalu bisa menjadi sebuah pelajaran baik untuk kita ke depannya. Salah satunya yaitu intropeksi diri serta memperbaiki diri untuk hidup yang lebih baik.
Akan tetapi, tidak semua masa lalu bisa jadi pelajaran baik. Ada kalanya korban trauma masa lalu akan menjadi pelaku utama dan memilih menyakiti orang lain yang tidak salah apa-apa.
Trauma masa lalu ternyata bisa berdampak pada orang lain, tak hanya pada kesehatan mental diri sendiri.
Mengapa seseorang menyakiti orang lain akibat trauma dari masa lalunya? Menjawab pertanyaan itu, Suara.com telah mewawancarai Counselor Touche Development Center, Farra Anisa Rahmania, Minggu (10/10/2021), kemarin.
“Kalau keadaannya seperti ini, ada kemungkinan besar punya pengalaman dari hubungan yang traumatis dan toxic. Baik itu dari asmara, pertemanan, dan juga hubungan keluarganya,” ungkap Farra Anisa.
“Dan kenapa malah dilimpahkan ke orang lain yang justru tidak salah apa-apa? Jadi kalau dari hubungan toksik sebelumnya, bisa jadi pasangan pernah termanipulasi oleh pasangan sebelumnya,” lanjut Farra.
Selain itu, Farra menambahkan bila seseorang yang sudah lepas dari hubungan toksik justru bukannya membaik. Melainkan, tindakannya bisa menyakiti orang lain karena pernah punya pengalaman buruk di masa lalunya.
“Misalnya nih, ketika satu orang ini sudah lepas dari toxic relationship dan ketemu sama orang yang baik dan tidak tahu apa-apa, bahkan menyakitinya hingga parah, ada kemungkinan masih punya trauma yang membekas,” kata Farra.
Bahkan, seseorang yang telah lepas dari toxic relationship akan kaget ketika bertemu orang yang baik. Di mana kata Farra, seseorang bingung untuk mengungkapkan rasa emosinya.
“Ketika seseorang pernah disakitin dan bertemu orang baik, justru bukannya membaik, tapi malah bingung. Karena sudah terbiasa dimanipulasi di toxic relationship sebelumnya,” lanjut Farra.
Menurutnya, ketika bertemu orang baik setelah lepas dari toxic relationship, kata Farra seseorang akan sulit menangkap radar emosi baik. Sehingga dampak tersebut, ini akan sulit menyadari seseorang bahwa masih ada orang baik dan tidak sama seperti di masa lalunya.
“Malah kebalikannya bisa jadi emosi buruk, karena merasa belum pernah mendapatkan hal seperti itu. Selain hubungan yang terjebak di toxic relationship,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Kalahkan Squid Game, The Trauma Code Awet di Posisi 3 Besar Global Netflix
-
Sukses Besar, Kreator Beberkan Rencana The Trauma Code: Heroes on Call Musim 2
-
Deretan Proyek Drama Hits Ha Young, Si Perawat 'Gangster' di Trauma Code
-
Tragis! Kisah Guru Muda Tewas Usai Trauma Dikurung dan Ditelanjangi di Sel Polisi
-
Sukses Bintangi Trauma Code, Ini Deretan Drama Populer Choo Yeong Woo
Terpopuler
- Blak-blakan Sindir Gibran Malas Membaca, Inayah Wahid: Kenapa Bapak Gak Menjadikan Aku Wapres?
- Usai Ramai Pagar Laut, PIK 2 Bagi-bagi Sembako ke Warga, AGRA: Upaya Pembungkaman
- Kekayaan Agus Andrianto di LHKPN, Menteri yang Berani Copot Semua Pejabat Imigrasi Soetta usai Kasus Pungli WNA China
- Siapa Luke Xavier Keet? Pemain Keturunan Sudah Salaman dengan Erick Thohir, Masuk Skema Patrick Kluivert?
- Nama Harvey Moeis Terseret Usai KPK Umumkan Harta Kekayaan Raffi Ahmad
Pilihan
-
Juventus Bawa Kabar Buruk untuk Jay Idzes
-
Dirujak Warganet, Politisi PAN ke Tim Geypens: Hafal Pancasila Nggak?
-
DPR Heran Tak Ada Target Lolos Piala Dunia 2026 dalam Paparan Kemenpora dan PSSI: Sudah Menyerah?
-
Terbongkar! Naturalisasi Ole Romeny Bukan untuk Loloskan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026!
-
57 Tenaga Medis di Berau Kehilangan Pekerjaan, Layanan Kesehatan Terdampak
Terkini
-
Gas 3 Kg Langka, Jerit Warga Bekasi: Pemerintah Jangan Bikin Kami Susah Terus!
-
Legislator Desak Pemkot Bekasi Gercep Soal Tower BTS di Atas Rumah Warga
-
Belasan Rumah di Bekasi Utara Dijual Imbas Tower BTN Berdiri Kokoh
-
Pak Dedi Mulyadi Tolong! Warga Bekasi Ketakutan Mati Tertimpa Tower BTS
-
Bahaya! Fenomena di Bekasi: Tower BTS Dibangun di Atas Rumah Warga