Scroll untuk membaca artikel
Antonio Juao Silvester Bano
Rabu, 31 Maret 2021 | 18:59 WIB
ILUSTRASI Suasana di Mabes Polri [Suara.com/M. Yasir]

SuaraBekaci.id - Mabes Polri diserang teroris pada Rabu (31/3/2021). Aksi tersebut dilakukan beberapa hari pascaaksi bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021).

Pengamat Terorisme Ridlwan Habib mengatakan, bahwa aksi teroris yang tengah terjadi saat ini memiliki kecenderungan bakal beruntun.

"Karena kita meyakini bahwa model-model serangan teroris seperti ini biasanya mereka beruntun ya. Kita ingat bom Gereja Surabaya 2018, mereka mengebom gereja hari Minggu yang kemudian menyerang Polrestabes Surabaya hari Senin. Ini juga mirip-mirip. Makassar terjadi pada hari Minggu dan ini hari Rabu melakukan serangan di Mabes Polri, langsung ke jantung Polri," katanya dikutip Suara.com dari Breaking News Kompas TV.

Dia mengatakan hal itu usai menyebut bahwa peristiwa teror harus diantisipasi seluruh institusi termasuk Institusi Presiden.

Baca Juga: Ernest Prakasa Kecam Aksi Terduga Teroris yang Serang Mabes Polri

"Saya kira ini alarm merah. Jadi saya kira ini menjadi kewaspadaan yang sangat merah, alarm merah bagi semua institusi termasuk dalam hal ini istana presiden, saya kira juga harus diantisipasi," katanya.

Selain itu dia juga menilai bahwa aparat keamanan sampai tingkat kepolisian sektor (Polsek) harus siaga penuh.

"Ini saya kira menjadi alarm warning yang serius bagi semua aparat keamanan di seluruh Indonesia termasuk di kantor polisi kecil ya, termasuk polsek saya kira juga harus me-warning anggotanya yang di lapangan saya kira harus siaga penuh," katanya.

Load More