SuaraBekaci.id - Asal usul Karawang dan sejarah Karawang sangat panjang ceritanya. Sejak zaman Kerajaan Taruma Negara hingga kini menjadi kota industri.
Bahkan di masa kini Karawang menjadi alternatif tempat tinggal dari berbagai daerah untuk mengadu nasib di kota satelit Ibu Kota Negara, Jakarta.
Di lihat dari sejarah, sejarah Karawang diawali dari awal abad Masehi dan terus bersambung hingga era Kerajaan Sunda, Mataram dan Masa Kemerdekaan.
Kini Karawang menjadi Kabupaten Karawang. Wilayah Karawang merupakan wilayah pesisir pantai utara Jawa bagian barat dan termasuk bagian dari Provinsi Jawa Barat. Secaa geografis Kabupaten Karawang terletak antara 107o02’ - 107o40’ BT dan 5o562’ - 6o34’ LS.
Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Kunjungi Korban Banjir Subang dan Karawang
Secara topografis sebagian besar wilayahnya termasuk ke dalam dataran alluvial dengan ketinggian 0.6 di atas permukaan laut, dan kemiringan tanah 0.2 persen. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 km2 atau 3,73 persen dari luas Provinsi Jawa Barat.
Secara administratif, Kabupaten Karawang memiliki 30 Kecamatan yang terdiri dari 298 Desa dan 11 Kelurahan. Wilayah Karawang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta.
Kabupaten Karawang merupakan wilayah pertanian sawah dengan pengairan (irigasi), dan sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani dan nelayan di daerah pantai. Profesi sebagai petani dan nelayan ini yang kemudian mempengaruhi corak kebudayaan yang berkembang di Karawang.
Banyak keyakinan, ritus, dan seni di Kabupaten Karawang yang lahir dari latar belakang pertanian dan nelayan seperti babarit, nyalin, hajat bumi, nadran, seni topeng dan tari jaipong.
Data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang tahun 2016 menyebutkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Karawang mencapai 2.295.778 jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 1.177.310 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1.118.468 jiwa. Penduduk Karawang memiliki keragaman bahasa yaitu Sunda, Jawa, Betawi, Melayu dan Cina.
Baca Juga: Banjir Rendam 1.085 Hektare Sawah di Karawang
Dikutip dari Situs Pemerintahan Kabupaten Karawang (Catatan Sejarah Karawang dari Masa ke Masa; T. Bintang), Karawang berawal dari masa Tarumanegara. Berturut-turut berlangsung suatu pemerintahan yang teratur, baik dalam system pemerintahan pusat (Ibu Kota). Pemegang kekuasaan yang berbeda, seperti Kerajaan Taruma Negara (375-618) Kerajaan Sunda (Awal Abad VIII-XVI). Termasuk pemerintahan Galuh, yang memisahkan diri dari kerajaan Taruma Negara, ataupun Kerajaan Sunda pada tahun 671 M. Kerajaan Sumedanglarang (1580-1608, Kasultanan Cirebon (1482 M) dan Kasultanan Banten ( Abad XV-XIX M).
Sekitar Abad XV M, agama Islam masuk ke Karawang yang dibawa oleh Ulama besar Syeikh Hasanudin bin Yusuf Idofi, dari Champa, yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro, sebab disamping ilmunya yang sangat tinggi, beliau merupakan seorang Hafidh Al-Quran yang bersuara merdu. Kemudian ajaran agama Islam tersebut dilanjutkan penyebarannya oleh para Wali yang disebut Wali Sanga. Setelah Syeikh Quro Wafat, tidak diceritakan dimakamkan dimana. Hanya saja, yang ada dikampung Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang Wadas, Kabupaten Karawang, merupakan maqom (dimana Syech Quro pernah Tinggal).
Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara dan berawa-rawa. Hal ini menjadikan apabila Karawang berasal dari bahasa Sunda. Ke-rawa-an artinya tempat berawa-rawa. Nama tersebut sesuai dengan keadaan geografis Karawang yang berawa-rawa, bukti lain yang dapat memperkuat
pendapat tersebut.
Selain sebagian rawa-rawa yang masih tersisa saat ini, banyak nama tempat diawali dengan kata rawa, seperti : Rawasari, Rawagede, Rawamerta, Rawagempol dan lain-lain.
Keberadaan daerah Karawang telah dikenal sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Bogor. Karena Karawang pada masa itu, merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan Pajajaran denga Galuh Pakuan, yang Berpusat di Ciamis. Sumber lain menyebutkan, bahwa bukubuku Portugis (Tahun 1512 dan 1522) menerangkan bahwa : Pelabuhan-pelabuhan penting dari kerajaan Pajajaran adalah : “ CARAVAN “ sekitar muara Citarum”, Yang disebut CARAVAN, dalam sumber tadi adalah daerah Karawang, yang memang terletak sekitar Sungai Citarum.
Asal usul nama Karawang ada beberapa versi. Catatan tertulis yang pertama kali mengindikasikan keberadaan nama Karawang adalah Nan Chou I Wu Chih (Catatan Dari Daerah Selatan). Nan Chou I Wu Chih adalah sebuah catatan perjalanan Cina bernama Wan Chen dari Dinasti Wu pada 220-280 Masehi.
Wan Chen mencatat bahwa di daerah selatan atau yang oleh Bangsa Cina dinamakan Kun-lun-po (nusantara),terdapat sebuah pusat perdagangan yang sangat penting bernama Koying, yang memiliki pelabuhan besar, dan menjadi tempat persinggahan terakhir kapal-kapal dari India.
Nama Koying juga terdokumentasikan dalam laporan utusan Kaisar Dinasti Wu, Ch`ih Wu, untuk kerajaan Hindu Funan yang berada di sekitar Sungai Mekong (Vietnam) pada abad ke-3. Utusan yang bernama Chung-Lang Kang-Tai dan Chu-Ying mencatat adanya sebuah tempat bernama Ge-ying, yang juga diterjemahkan sama dengan Koying, yang merupakan pusat perdagangan yang mengekspor mutiara, permata, emas, dan kacang-kacangan.
Informasi dari Wan-Chen dan Kang-Tai tentang lokasi Koying menurut beberapa peneliti merujuk pada sebuah kerajaan yang berada di Indonesia bagian barat.Adapun tujuan para utusan Cina ke Funan adalah untuk mencari tahu rute perdagangan maritim melalui laut Asia Tenggara guna memperoleh barang-barang dari India dan Timur-Tengah. Sementara itu seorang biksu bernama Bodhibadra (359-429) yang sedang melakukan perjalanan menuju Cina juga mencatat adanya sebuah tempat bernama Koying.
Catatan tertulis lainnya yang mendokumentasikan secara presisi nama Karawang adalah Naskah Bujangga Manik, sebuah catatan perjalanan seorang pangeran pengembara dari Kerajaan Pajajaran.
Berdasarkan penelitian Teeuw, diduga bahwa kisah perjalanan Bujangga Manik berlangsung atau ditulis pada zaman Kesultanan Malaka masih menguasai jalur perniagaan di Nusantara, terutama sebelum jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511.
Naskahnya terbuat dari daun lontar, dan diperkirakan ditulis pada awal abad 15 Masehi. Naskahnya sekarang ini terdapat di Perpustakaan Bodleiy Oxford sejak tahun 1627, hibah dari seorang saudagar bernama Andrew James.
Berita Terkait
-
Kapan Stasiun Whoosh Karawang Dioperasikan?
-
Ibu dan Anak di Karawang Tewas Gantung Diri, Suami Baru Pulang Kerja Langsung Syok Berat
-
Dari Karawang ke Benfica: Cucu Legenda Sunderland Ini Layak Bela Timnas Indonesia
-
Diego Ananda Pitt: Calon Bomber Timnas Indonesia, Blasteran Karawang-Inggris
-
Sadis! Ketiak Ditusuk Gegara Nolak Diajak Kencan, FH Bunuh Pacarnya di Warkop
Tag
Terpopuler
- Mahfud MD Sebut Eks Menteri Wajib Diperiksa Kasus Judol Pegawai Komdigi, Budi Arie Bilang 'Jangan Kasih Kendor'
- Rocky Gerung Spill Dalang yang Bongkar Kasus Judi Online Pegawai Komdigi
- Kejanggalan Harta Kekayaan Uya Kuya di LHKPN KPK, Dulu Pernah Pamer Saldo Rekening
- Berani Sentil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Segini Harta Kekayaan Melly Goeslaw
- Bak Gajah dan Semut, Beda Citra Tom Lembong vs Budi Arie Dikuliti Rocky Gerung
Pilihan
-
Pindad Segera Produksi Maung, Ini Komponen yang Diimpor dari Luar Negeri
-
Petinggi Lion Air Masuk, Bos Garuda Irfan Setiaputra Ungkap Nasibnya Pada 15 November 2024
-
Profil Sean Fetterlein Junior Kevin Diks Berdarah Indonesia-Malaysia, Ayah Petenis, Ibu Artis
-
Kritik Dinasti Politik Jadi Sorotan, Bawaslu Samarinda Periksa Akbar Terkait Tuduhan Kampanye Hitam
-
Bakal Dicopot dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Siapa yang Dirubah Engga Tahu!
Terkini
-
Tragis! Jenazah Korban Kebakaran Pabrik Bekasi Terpaksa Dimakamkan Tanpa Peti
-
Pilgub Jabar: Warga Kota Bekasi Dibayar 200 Perak Lipat dan Sortir Kertas Suara
-
Review Airpods Pro: Headset Super Canggih yang Cocok untuk HP Apa Saja
-
Daftar Nama Korban Luka dan Hilang Akibat Kebakaran Hebat Pabrik di Bekasi
-
Publikasi BRI: Ekspansi Bisnis UMKM pada Triwulan III 2024 Melambat