Pada 2014 misalnya, LFF menjalin kerjasama dengan klub Liga Inggris, Chelsea. Kerjasama itu dalam bentuk pembentukan pemain muda.
Saat itu ada 180 anak dari 17 sekolah di Laos yang mendapat kepelatihan dari Chelsea yang diwakili oleh Steve Winnett.
Anak-anak itu mendapat program sepak bola di Stadion Chao Anou, di kota Vientiane. Kerjasama ini diharapkan bisa memunculkan bibit pemain muda Laos.
Tidak hanya dengan Chelsea, LFF pada 2017 juga menjalin kerjasamsa dengan federasi sepak bola Jepang, JFA untuk program pemain muda. Program ini berkelanjutan untuk membangun sepak bola Laos.
Baca Juga:Timnas Laos U-19 Cetak Sejarah, Pertama Kali Lolos ke Final Piala AFF
Efek dari kerjasama ini, sejumlah akademi sepak bola muncul di Laos. Salah satunya, BEARS Laos Football Academy. Akademi sepak bola ini berada di bawah naungan komunitas sepak bola Tokyo.
Di akademi ini terdapat sejumlah kelompok umur, ada pemain 11 tahun ke bawah, 13 tahun, 15 tahun, dan 18 tahun. Total ada 120 pemain muda di akademi ini yang dilatih oleh staf pelatih dari Jepang.
"Kami bertujuan untuk menemukan dan melatih anak muda Laos berdasarkan metode kepelatihan Jepang untuk bisa menemukan bibit pemain muda yang akan mewakili negara ini di masa depan," tulis pernyataan akademi tersebut.
Perkembangan sepak bola Laos saat ini juga tak lepas dari tangan dingin pelatih asal Jerman, Hans Michael Weis. Ia menjadi aktor di balik kemampuan timnas Laos U-19 melangkah ke final Piala AFF U-19 2022.
Baca Juga:Ekonomi Myanmar dan Laos Terancam Bangkrut, Indonesia Diminta Persiapkan Cadangan Devisa