Presiden Jokowi Sebut Perang di Ukraina Perburuk Perekonomian Dunia

Saat dunia seharusnya segera pulih dari pandemi COVID-19, dunia menghadapi masalah baru, perang di Ukraina," kata Presiden Jokowi.

Ari Syahril Ramadhan
Sabtu, 14 Mei 2022 | 10:51 WIB
Presiden Jokowi Sebut Perang di Ukraina Perburuk Perekonomian Dunia
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) berbincang dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden (tengah) saat foto bersama dalam rangkaian KTT Khusus ASEAN-AS di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (13/5/2022). [ANTARA FOTO/HO/ Setpres]

SuaraBekaci.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan perang di Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan dan memperburuk perekonomian dunia.

Hal tersebut diungkapkan Presiden Jokowi pada KTT Khusus ASEAN-AS di Washington DC, Amerika Serikat pada Jumat (13/5/2022) waktu setempat. Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi menyerukan untuk menghentikan perang di Ukraina sekarang juga.

“Saat dunia seharusnya segera pulih dari pandemi COVID-19, dunia menghadapi masalah baru, perang di Ukraina. Saat dunia membutuhkan kerja sama dan kolaborasi, justru rivalitas dan konfrontasi makin menajam. Saat dunia membutuhkan multilateralisme yang makin kokoh justru unilateralisme yang makin mengemuka,” ujar Jokowi dikutip dari Antara.

Perang di Ukraina telah memperburuk ekonomi dunia, dengan meningkatnya harga pangan, energi, sehingga memicu inflasi. Hal itu sangat memperberat perekonomian dan memperlambat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di negara berkembang dan kurang berkembang.

Baca Juga:Jokowi Minta Perang Segera Dihentikan saat Hadiri KTT Khusus ASEAN-AS

Jokowi juga mengatakan perang di Ukraina telah melemahkan multilateralisme dan berpotensi memecah belah hubungan antar negara.

“Perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali menghentikan perang sekarang juga. Setiap negara, setiap pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menciptakan enabling environment agar perang dapat dihentikan, perdamaian dapat terwujud,” kata Jokowi.

Pertumbuhan ekonomi, ujar Jokowi, juga memprihatinkan. IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang termasuk emerging and developing Asia sebesar 0,5 persen pada 2022 dan 0,2 persen pada 2023. Bank Dunia menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi beberapa negara ASEAN hingga 1,2 persen.

“Bagi sebagian anggota ASEAN kenaikan 10 persen dari harga minyak akan berdampak menurunnya pendapatan nasional sebesar 0,7 persen dan kenaikan harga gandum akan mengakibatkan peningkatan kemiskinan sebesar 1 persen,” kata Jokowi.

Presiden Jokowi mengulangi lagi apa yang telah disampaikannya pada pertemuan dengan Kongres AS.

Baca Juga:Bahas Perubahan Iklim di Pertemuan ASEAN, Jokowi Bawa 3 Poin Penting

“Bahwa lebih dari lima dekade, ASEAN terus membangun arsitektur keamanan yang inklusif, mengedepankan paradigma kolaborasi, mendorong habit of dialogue dan rules based order. Semangat yang sama kami dorong di Indo-Pasifik melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific,” ujar Jokowi.

Dalam KTT Khusus yang dihadiri oleh Presiden AS Joe Biden dan juga pemimpin negara-negara ASEAN tersebut, Presiden Jokowi menyambut baik inisiatif Amerika melalui Indo Pacific Economic Framework (IPEF).

“Tentu kerja sama di bawah IPEF harus inklusif. Saya harapkan sinergi antara IPEF dengan pelaksanaan prioritas kerjasama di AOIP (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific)," ucap Jokowi.

Saat Indonesia menjadi ketua ASEAN tahun depan, Presiden Jokowi juga menyampaikan rencananya melakukan Indo Pacific Infrastructure Forum.

“Saya berharap partisipasi Amerika Serikat dalam forum tersebut,” kata Presiden Jokowi.

Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam KTT Khusus ASEAN-AS yaitu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dan Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini