Kisah Banser NU Riyanto Selamatkan Jemaat GSJPDI Eben Haezer dari Bom

Sisa potongan tubuh Riyanto ditemukan di sebelah utara kompleks gereja.

Pebriansyah Ariefana
Kamis, 24 Desember 2020 | 14:39 WIB
Kisah Banser NU Riyanto Selamatkan Jemaat GSJPDI Eben Haezer dari Bom
Foto almarhum Riyanto dan baju seragam Banser NU miliknya yang koyak karena bom. [Net]

Ia lantas membuang jauh-jauh tas tersebut agar tidak meledak dalam gereja. Ia lemparkan bom tersebut ke tempat sampah di luar gereja. Sayang, lemparannya tak tepat. Tas itu justru terpental.

Riyanto tak putus asa. Ia lantas kembali mengambil tas berisi bom tersebut. Riyanto memutuskan untuk lari sekencang-kencangnya sembari membawa bom itu. Tujuannya hanya satu, membawa bom itu keluar dari lingkungan gereja.

Namun, bom dalam pegangannya itu keburu meledak. Riyanto tewas. Jemaat berteriak histeris. Pagar gereja roboh berantakan. Kaca almari dan etalase Studio Kartini yang persis di seberang depan gereja hancur.

Tiga jam kemudian, sisa potongan tubuh Riyanto ditemukan di sebelah utara kompleks gereja. Persisnya 100 meter dari pusat ledakan.

Baca Juga:Mengenang Riyanto, Penggawa Banser NU Penyelamat Umat Gereja Eben Haezer

"Jemaat gereja kami, dan juga umat Kristen di Mojokerto selalu mendoakan Riyanto dalam setiap perayaan Natal. Kami juga selalui memperingati haulnya," tutur Pendeta Rudi.

Tak hanya itu, pihak gereja juga membiayai sekolah salah satu adik Riyanto, yakni Supartini. Sang adik diberikan beasiswa sejak SMA hingga menyelesaikan kuliahnya di Universitas Islam Majapahit (UIM) Mojokerto, tahun 2011. Kekinian, Supartini sudah bekerja.

Selain dari pihak gereja, Pemkot Mojokerto juga menghargai kepahlawanan Riyanto. Oleh pemkot, nama Riyanto kekinian dijadikan nama jalan di wilayah Kelurahan/Kecamatan Prajuritkulon.

Baca Juga:Terduga Teroris yang Dicokok Densus 88 di Mojokerto Nikahi Janda Empat Anak

Terlepas dari semua penghargaan itu, Romo Alexus, pastor Katolik di Mojokerto, menilai pengorbanan Riyanto tak bisa dinilai dengan apa pun.

"Riyanto adalah contoh nyata kepedulian menjaga keamanan dalam kebinekaan," tutur Romo Alexus saat memimpin doa dalam acara penganugerahan gelar "Pejuang Kemanusiaan" bagi Riyanto dari Gerakan Peduli Pejuang Republik Indonesia (GPPRI) tahun 2016.

"Riyanto memang telah tiada, tapi kisahnya patut diketahui semua orang dan patut dijadikan contoh. Riyanto mati untuk memberi hidup, khususnya kepada umat Kristen. Itu seperti Yesus yang berkorban dan mati untuk umatnya," tutur Romo Alexus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini