SuaraBekaci.id - Perdana Menteri (PM) Malaysia, Dato' Sri Ismail Sabri Yaakob mengutarakan keinginan untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN. Hal itu ia ungkapkan saat lawatannya ke Indonesia.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah lewat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim menolak usulan tersebut.
Ditegaskan Nadiem Makarim bahwa bahasa Indonesia yang lebih layak dengan mempertimbangkan sejumlah faktor seperti historis, hukum dan linguistik.
"Saya sebagai Mendikbud Ristek, tentu menolak usulan tersebut. Namun, karena ada keinginan negara sahabat kita mengajukan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN, tentu keinginan tersebut perlu dikaji dan dibahas lebih lanjut di tataran regional. Saya imbau seluruh masyarakat bahu-membahu dengan pemerintah untuk terus berdayakan dan bela bahasa Indonesia," tegas Nadiem mengutip dari Suara.com, Rabu (6/4/2022).
Ada 10 alasan mengapa bahasa Indonesia lebih layak dari bahasa Melayu untuk jadi bahasa kedua ASEAN.
Alasan pertama, bahasa nasional dan bahasa negara adalah bahasa Indonesia, bahasa Melayu adalah bahasa daerah.
Alasan kedua, Bahasa Indonesia dikembangkan menjadi bahasa ilmu dan teknologi, bahasa Melayu tidak.
Alasan ketiga, jumlah kosakata di bahasa Indonesia lebih banyak daripada bahasa Melayu.
Selanjutnya, bahasa Indonesia telah disiapkan menjadi bahasa internasional sesuai dengan amanat UU No 24 Tahun 2009.
Alasan kelima, penutur bahasa Indonesia sejumlah 296.000.000 jauh lebih banyak dibandingkan penutur bahasa Melayu, baik di dalam maupun di luar negeri.
Selain itu, bahasa Indonesia telah dipelajari di 47 negara.
Alasan ketujuh, terdapat 428 lembaga penyelenggara program Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA).
Alasan kedelapan, pemelajar BIPA berjumlah 142.484 orang yang tersebar di kawasan Amerika, Eropa, Asia Tenggara dan Aspasaf.
Selanjutnya, bahasa Indonesia diperkaya oleh ratusan bahasa daerah yang tersebar di seluruh tanah air.
Terakhir, tingkat kesalingpahaman bahasa Indonesia lebih tinggi daripada bahasa Melayu.
Berita Terkait
-
Bahasa Melayu Diusung PM Malaysia Jadi Bahasa Resmi ASEAN, Menteri Nadiem Makarim Beri Respon Menohok
-
Dukung Bahasa Indonesia, Mendikbudristek Nadiem Makarim Tolak Bahasa Melayu Jadi Bahasa Resmi ASEAN
-
Nadiem Tolak Usul PM Malaysia Soal Bahasa Melayu Jadi Bahasa Resmi ASEAN: Bahasa Indonesia Lebih Layak!
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Bekasi Gelar Pesona Nusantara dan Galang Dana untuk Korban Bencana Sumatera
-
Transformasi BRI: 130 Tahun Berjalan, Terus Membangun Inklusi Keuangan Berkelanjutan
-
Angkutan Motor Gratis Jelang Nataru KAI, Cek Rute dan Syaratnya di Sini!
-
BRI Perkuat Tanggap Bencana Banjir Sumatra Lewat BRI Peduli
-
Terbongkar! Ini Alasan Parkir di Polda Metro Jaya Wajib Bayar