Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Selasa, 10 Agustus 2021 | 12:24 WIB
Bubur Suro. (Shutterstock)
  • Telur dadar
  • Kacang goreng
  • Kacang kedelai goreng
  • Seledri

Langkah

  • Untuk membuat bubur, masak semua bahan bubur menjadi satu, aduk terus sampai menjadi bubur
  • Untuk membuat kering tempe, haluskan cabai merah bawang putih, bawang merah, lengkuas.
  • Tumis bumbu halus dengan daun jeruk, daun salam, masak hingga harum, lalu masukkan air asam, gula dan garam.
  • Masak hingga mendidih dan mengental menjadi karamel, matikan api. Masukkan tempe dan cabai merah iris, aduk sampai rata.
  • Untuk membuat kare tahu dan ayam, haluskan bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, jahe, kunyit, jinten.

Tumis bumbu halus dengan serai, daun jeruk, daun salam, gula dan garam sampai harum.

Masukkan ayam, masak hingga ayam berubah warna lalu masukkan tahu. Masak hingga ayam matang lalu masukkan santan, masak hingga santan mendidih. Koreksi rasa. Angkat

Hidangkan bubur suro, tuang ke dalam piring, taburi dengan bahan pelengkap, kemudian siram dengan kuah kare, dan siap dinikmati.

Baca Juga: Resep Bubur Suro 10 Muharram, Gurih dan Manis

Dikutip Indonesia.go.id pada awalnya bubur ini dihadirkan untuk memperingati hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro yang bertepatan dengan 1 Muharam. Kalender Jawa yang diterbitkan Sultan Agung kala dan mengacu pada kalender Hijriah.

Menurut pemerhati budaya Jawa, Arie Novan, seperti sajian yang dihidangkan saat upacara adat Jawa lainnya, bubur Suro merupakan lambang rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diperoleh.

“Konon ini kan sudah ada sejak Sultan Agung bertahta di Jawa, terlepas dari apapun itu tentu bubur Suro ini merupakan refleksi dari masyarakat Jawa atas berkah dan rezeki yang di berikan Allah SWT kepada mereka,” ujarnya.

Sementara sumber lain menyebutkan terciptanya bubur suro dibuat untuk memperingati hari di mana Nabi Nuh selamat setelah 40 hari mengarungi banjir besar yang melanda dunia saat itu.

Kala itu, seperti sebagaimana tertera pada kitab kuno, di antaranya Nihayatuz Zain (Syekh Nawawi Banten), Nuzhalul Majelis (Syekh Abdul Rahman Al-Usfuri), dan Jam'ul Fawaid (Syekh Daud Fatani),
Nabi Nuh bertanya kepada para sahabat masih adakah makanan yang tersisa di dalam kapal.

Baca Juga: 25 Ucapan Tahun Baru Islam dalam Bahasa Inggris dan Indonesia

Lalu sahabat menjawab "Masih ada ya Nabi", dengan menyebutkan bahan makanan yang tersisa mulai dari kacang poi, kacang adas, ba'ruz, tepung, dan kacang hinthon. Bahan tersebut lalu dimasak bersamaan.

Load More