Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 24 Desember 2020 | 14:39 WIB
Foto almarhum Riyanto dan baju seragam Banser NU miliknya yang koyak karena bom. [Net]

Pengurus gereja khawatir sekaligus panik. Mereka mengkhawatirkan dua benda mencurigakan itu berisi bom.

"Karena bungkusan plastik di bawah telepon umum itu berisi rangkaian kabel," kata Rudi.

Pengurus gereja lantas memberitahukan temuan itu kepada anggota Banser NU yang melakukan penjagaan. Setelahnya, Riyanto berinisiatif membuka bungkusan dalam tas hitam yang tampak terdapat kabel menjulur.

Riyanto panik ketika membuka tas itu, karena terdapat percikan api.

Baca Juga: Mengenang Riyanto, Penggawa Banser NU Penyelamat Umat Gereja Eben Haezer

"Tiaraappp!" teriak Riyanto memperingatkan khalayak untuk berlindung.

Ia lantas membuang jauh-jauh tas tersebut agar tidak meledak dalam gereja. Ia lemparkan bom tersebut ke tempat sampah di luar gereja. Sayang, lemparannya tak tepat. Tas itu justru terpental.

Riyanto tak putus asa. Ia lantas kembali mengambil tas berisi bom tersebut. Riyanto memutuskan untuk lari sekencang-kencangnya sembari membawa bom itu. Tujuannya hanya satu, membawa bom itu keluar dari lingkungan gereja.

Namun, bom dalam pegangannya itu keburu meledak. Riyanto tewas. Jemaat berteriak histeris. Pagar gereja roboh berantakan. Kaca almari dan etalase Studio Kartini yang persis di seberang depan gereja hancur.

Tiga jam kemudian, sisa potongan tubuh Riyanto ditemukan di sebelah utara kompleks gereja. Persisnya 100 meter dari pusat ledakan.

Baca Juga: Terduga Teroris yang Dicokok Densus 88 di Mojokerto Nikahi Janda Empat Anak

"Jemaat gereja kami, dan juga umat Kristen di Mojokerto selalu mendoakan Riyanto dalam setiap perayaan Natal. Kami juga selalui memperingati haulnya," tutur Pendeta Rudi.

Load More